Beragam Tradisi Melepas Calon Jemaah Haji di Pulau Lombok

Beragam Tradisi Melepas Calon Jemaah Haji di Pulau Lombok

Husna Putri Maharani - detikBali
Sabtu, 18 Mei 2024 23:30 WIB
Jemaah haji kloter 1 embarkasi Lombok saat menjalani pemeriksaan di Asrama Haji NTB, pada Sabtu (11/5/2024). (Foto: Helmy Akbar/detikBali)
Jemaah haji kloter 1 embarkasi Lombok saat menjalani pemeriksaan di Asrama Haji NTB, pada Sabtu (11/5/2024). (Foto: Helmy Akbar/detikBali)
Mataram -

Ribuan jemaah haji dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berangkat ke Tanah Suci Makkah setiap tahunnya. Ada berbagai tradisi yang dilakukan untuk melepas para calon jemaah haji di Lombok.

Tradisi pelepasan calon haji di NTB sarat makna dan mengandung nilai-nilai luhur. Tradisi ini menjadi momentum untuk merenungi perjalanan spiritual dan memperkuat keimanan kepada Allah SWT.

Simak berbagai tradisi melepas haji di Pulau Lombok, NTB, seperti telah dirangkum detikBali berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Membuat Klansah

Tradisi membuat klansah atau tenda tradisional dapat dijumpai di Desa Darek, Lombok Tengah. Klansah biasanya dibuat di depan rumah calon jemaah haji setelah perayaan Idul Fitri. Proses pembuatan klansah ini dilakukan secara gotong royong.

Bahan yang digunakan untuk membuat klansah relatif sederhana. Hanya perlu bambu untuk tiang penyangga dan anyaman daun kelapa untuk atapnya. Selain klansah, warga juga membangun gempeng atau pagar bambu di sekitar rumah calon jemaah haji.

Klansah ini akan difungsikan sebagai tempat untuk membaca Al Barzanji dan berdoa selama sembilan hari ke depan. Mereka berdoa agar diberi keselamatan dan para jemaah haji selamat saat menjalankan ibadah mereka.

2. Ziarah Makam

Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, calon jemaah haji beserta keluarga terdekatnya biasanya melakukan ziarah ke makam-makam suci yang memiliki nilai spiritual dan sejarah penting. Adapun, makam yang sering dikunjungi adalah makam Bintaro dan Batu Layar.

Ziarah ke makam Bintaro dan Batu Layar menjadi bagian penting dari persiapan spiritual sebelum berangkat ke Tanah Suci. Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi banyak tokoh dan orang-orang terkemuka.

Selain itu, kedua makam ini juga dianggap memiliki keberkahan dan berkah tersendiri dalam perjalanan spiritual calon jemaah haji.

3. Selakaran

Di kalangan warga Sasak, membaca al-Barzanji (Selakaran) merupakan bagian penting dari ritual keberangkatan haji dan hampir semua warga melakukannya. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam hari setelah salat isya'.

Aktivitas selakaran ini bukanlah hal baru, melainkan telah menjadi bagian dari warisan budaya yang dijalankan secara turun temurun sejak zaman dahulu.

4. Rowah

Tradisi rowah biasanya terjadi pada awal pembukaan ziarah. Rowah haji umumnya hanya mengundang orang tua, khususnya yang dianggap memiliki kedudukan spiritual tertentu di dusun tersebut.

Tradisi ini menandai dimulainya periode ziarah, sehingga memberi sinyal kepada warga dusun Perengge untuk mulai melakukan ziarah ke calon jemaah haji tanpa perlu undangan resmi.

Menurut tradisi ini, siapa pun diperbolehkan untuk melakukan ziarah dan menguatkan konsep kesetaraan dan kebersamaan dalam menjalankan ibadah serta mendukung proses spiritual calon jemaah haji.

5. Ziarah Haji

Ziarah haji biasanya terbuka untuk masyarakat umum, khususnya warga dusun setempat. Acara ziarah ini biasanya diadakan setelah acara rowah sebagai pembukaan ziarahan.

Warga yang melakukan ziarah haji biasanya membawa beras dalam jumlah banyak seperti tradisi pesta menurut budaya Sasak. Selama ziarah, para peziarah memohon untuk didoakan oleh jemaah haji ketika mereka berada di Tanah Suci.

6. Tausiah Haji

Pada acara Tausiah Haji, calon jemaah haji mengundang tokoh agama untuk memberikan ceramah tentang berbagai aspek terkait haji. Acara ini biasanya mengundang ustaz atau tokoh agama yang tinggal di dekat rumah calon jemaah haji.

Tausiah haji sering kali diselenggarakan dalam rangkaian acara selakaran dan berlangsung hanya satu malam.

7. Tradisi Nyimpen

Menjelang dimulainya periode ziarah haji, warga dari empat lingkungan di Sekarbela yaitu Lingkungan Pande Mas Timur, Pande Mas Barat, Pande Besi, dan Mas Mutiara menyelenggarakan tradisi "Nyimpen". Tradisi ini melibatkan tokoh agama dan masyarakat setempat.

Mereka bersama-sama memasukkan pakaian atau perlengkapan calon jemaah haji ke dalam koper. Tak lupa, mereka juga mendoakan keselamatan dan kelancaran perjalanan calon haji.

Setelah proses "Nyimpen", kegiatan dilanjutkan dengan acara tahlil dan dzikir sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi calon jamaah haji. Tradisi ini sebagai bentuk dukungan dan kebersamaan dalam menghadapi momen sakral keberangkatan haji.

Demikian informasi mengenai tradisi unik sebelum melepas jamaah calon haji yang ada di Pulau Lombok. Semoga informasi di atas dapat membantu detikers yang penasaran dengan tradisi di Lombok, ya!

Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(iws/iws)

Hide Ads