Pastor Paroki Kisol di Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Romo Agustinus Iwanti (sebelumnya ditulis AI), membantah tudingan yang menyebutnya telah meniduri istri orang. Dia membantah tuduhan itu lewat klarifikasi tertulis yang disebar berantai ke media sosial dan WhatsApp.
Setelah sebelumnya dikabarkan menghilang, Romo Gusti -sapaan Agustinus- mengonfirmasi bahwa klarifikasi itu memang ditulisnya.
Dalam klarifikasi tertulisnya, imam Keuskupan Ruteng itu mengakui berada di kamar bersama perempuan tersebut hingga digerebek suaminya. Namun Romo Gusti menegaskan saat itu mereka berpakaian lengkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun perempuan itu adalah H atau Mama S. Sementara suami wanita itu adalah T atau Papa S.
Peristiwa itu terjadi di salah satu kamar di rumah keluarga Papa S di kampung Rende, Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba pada Rabu (24/4/2024) dini hari. Kampung Rende masuk wilayah pelayanan pastoral Romo Gusti. Mama S termasuk umat Romo Gusti.
Peristiwa itu bermula ketika Romo Gusti dan sejumlah karyawan Pastoran Paroki Kisol makan malam di rumah Papa S pada Selasa (24/2024) malam. Pastor yang bertugas di Paroki Kisol sejak 2022 itu sebelumnya sudah beberapa kali mengunjungi keluarga Papa S di rumah mereka.
Romo Gusti mengaku keluarga Papa S sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri. "Jadi saya merasa keluarga Bapak T (Papa S) adalah bagian dari keluarga saya," ujar Romo Gusti dalam keterangan tertulisnya, dikutip detikBali, Sabtu (27/4/2024).
Selama ini, kata dia, keluarga Papa S sering mengunjunginya di pastoran. Romo Gusti dan sejumlah karyawan pastoran juga sudah sering mengunjungi keluarga Papa S hingga makan malam di rumah mereka.
Keluarga Papa S juga sering mengambil bagian dalam acara keluarga Romo Gusti. Hubungan baik mereka juga ditandai dengan salah satu keponakan Papa S yang dititipkan di pastoran membantu urusan rumah tangga di sana.
Pada Selasa (23/4/2024) sekitar pukul 17.30 Wita, Romo Gusti dan Papa S berkomunikasi seperti biasa pada melalui WhatsApp. Keduanya kemudian bersepakat untuk makan malam di rumah Papa S pada malam itu. Makan malam di rumah Papa S sudah biasa dilakukan sebelum-sebelumnya.
Pada malam hari itu Romo Gusti dan empat karyawan pastoran yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan berangkat ke Rumah Papa S. Mereka tiba sekitar pukul 20.30 Wita. Perjalanan dari Pastoran ke rumah Papa S menghabiskan waktu sekitar setengah jam menggunakan mobil.
Romo Gusti dan rombongannya disambut Papa S dan Mama S beserta dua anak mereka. Mereka kemudian makan malam setelah disuguhi kopi terlebih dahulu.
Romo Gusti dan rombongannya tak langsung pulang seusai makan malam. Sekitar pukul 21.30 Wita, Romo Gusti berbincang santai sambil rekreasi main kartu dengan Papa S dan Mama S. Salah satu karyawan pastoran yang laki-laki berinisial K ikut bermain kartu tersebut. Dalam permainan kartu itu yang kalah dapat hukuman berdiri. Menurut dia, bermain kartu itu biasa mereka lakukan kala berkunjung ke rumah Papa S.
Tiga karyawan pastoran lainnya memilih tidur saat mereka bermain kartu. Karyawan perempuan tidur di kamar anak perempuan Papa dan Mama S. Karyawan laki-laki tidur di kamar anak laki-laki.
"Hal ini juga biasa mereka lakukan karena kedekatan mereka selama ini," jelas Romo Gusti.
Mereka asyik bermain kartu hingga tak terasa waktu sudah berganti hari. Pada jam 01.00 Wita keesokannya atau Rabu dini hari, Romo Gusti minta untuk bangunkan dua karyawannya karena mau pulang ke pastoran. Adapun salah satu karyawan yang merupakan keponakan T rencana dibiarkan tetap bertahan di rumah. Beberapa saat kemudian Mama S beritahu Romo Gusti bahwa karyawan pastoran itu sudah tidur lelap.
Romo Gusti dan K berencana pulang duluan malam itu. Namun Papa S dan Mama S meminta Romo Gusti dan K untuk menginap saja di rumah malam itu karena sudah larut malam. Romo Gusti dan K akhirnya memutuskan menginap di rumah mereka malam itu.
"Kami pun mengiyakan ajakan mereka (menginap di rumah)," kata Romo Gusti.
Papa S kemudian menuntun Romo Gusti ke kamar tidur yang sudah disiapkan. Adapun Papa S dan K tidur di kamar yang letaknya berhadapan dengan kamar tidur Romo Gusti. Sementara Mama S tidur di kamar anak perempuan mereka bersama salah satu karyawan Pastoran.
Karena kelelahan dengan aktivitas sepanjang hari di pastoran, Romo Gusti mengaku langsung tertidur lelap di kamarnya. Pintu kamarnya tetap terbuka. "Hanya ditutupi kain tirai," ujarnya.
Pada Rabu dini hari, Romo Gusti yang mengaku masih tidur dikejutkan dengan teriakan dan makian Papa S disertai ancaman membunuh. Romo Gusti syok dan bingung saat itu.
Romo Gusti mengeklaim saat ada teriakan Papa S itu baru menyadari ada mama S di kamarnya. Ia menyebut Mama S masih berpakaian lengkap di kamarnya. Demikian juga dengan dirinya. Mama S kemudian berlari keluar kamar, dan Romo Gusti berdiri mendekati Papa S dan mencoba menenangkannya.
"Saat itu saya masih berpakaian lengkap ditambah kain selimut dan bangun mendekati Bapak S," terang Romo Gusti.
Ia mengatakan semua orang dalam rumah itu terbangun saat Papa S berteriak dan memaki-maki. Mereka terlihat panik kala Papa S melontarkan ancaman membunuh. Mencegah keributan lebih lanjut, Romo Gusti dan tiga karyawan pulang ke pastoran.
Dalam perjalanan pulang, Romo Gusti ditelpon Mama S, minta dijemput. Menurut dia Mama S menangis dan dan dalam kondisi ketakutan saat meneleponnya. Demi keselamatan Mama S, Romo Gusti dan rombongannya berbalik menjemputnya. Mama S dijemput di tengah jalan.
"Atas permintaan Mama S dan demi keselamatannya, saya bersama anggota pastoran kembali menjemput dia di pertengahan jalan, agak jauh dari rumahnya. Lalu kami sama-sama dalam satu mobil menuju Pastoran," ujarnya.
Pada Rabu pagi sekitar jam 08.00 Wita, mereka meninggalkan pastoran untuk menyelamatkan diri. Romo Gusti dan dua karyawan laki-laki yang ikut ke rumah Papa S kemudian meninggalkan Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Belum diketahui keberadaan mereka saat ini.
"Sedangkan Mama S masih di seputaran Kota Borong," ungkapnya.
(dpw/dpw)