Cipayung Flotim Demo Minta Hasil Audit Ibu-Bayi Mati di RS Larantuka Dibuka

Flores Timur

Cipayung Flotim Demo Minta Hasil Audit Ibu-Bayi Mati di RS Larantuka Dibuka

I Wayan Sui Suadnyana, Arnoldus Yurgo Purab - detikBali
Selasa, 16 Apr 2024 16:59 WIB
Mahasiswa Cipayung berdemonstrasi di Kantor Bupati Flores Timur, Selasa (16/4/2024) terkait kematian ibu dan bayi di RSUD Larantuka. (Arnoldus Yurgo Purab/detikBali)
Foto: Mahasiswa Cipayung berdemonstrasi di Kantor Bupati Flores Timur, Selasa (16/4/2024) terkait kematian ibu dan bayi di RSUD Larantuka. (Arnoldus Yurgo Purab/detikBali)
Flores Timur -

Puluhan mahasiswa Cipayung Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT), berdemonstrasi di depan Kantor Bupati setempat, Selasa (16/4/2024) sekitar pukul 12.00 Wita. Mereka berdemonstrasi terkait kematian ibu dan bayi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Hendrikus Fernandez Larantuka.

Mahasiswa dari organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) itu mengutarakan sejumlah tuntutan. Salah satunya, mereka menuntut Pj Bupati Flotim Doris Alexander Rihi untuk membuka hasil audit kematian ibu dan bayi di RSUD Larantuka.

Mahasiswa Cipayung berdemonstrasi dengan berjalan kaki dari depan Lapangan Lebao, Kelurahan Puken Tobi Wangi Bao, Kecamatan Larantuka, menuju depan Kantor Bupati Flores Timur di Jalan Basuki Rahmat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para mahasiswa membawa sejumlah pamflet bernada satir, seperti 'rumah sakit bukan rumah kematian', 'umumkan hasil audit maternal perinatal (AMP) eksternal mengenai kematian ibu Novi dan anaknya'. 'takut hamil karena kelalaian nakes', 'tidak ada tirani yang lebih besar daripada yang dilakukan di bawah perlindungan hukum'.

Mereka lalu menggelar orasi-orasi yang berisi tuntutan kepada pemerintah terkait kasus kematian Novianti Uba Soge dan bayinya saat melahirkan di RSUD Larantuka sesampainya di depan Kantor Bupati Flotim.

"Kami mendesak penjabat Bupati Flores Timur untuk menjelaskan audit maternal perinatal (AMP) karena semua pihak harus tahu penyebab kematian ibu Novi dan anaknya," ujar pentolan aksi Cipayung Flores Timur, Jovos Hurint dalam orasinya.

Mereka juga mendesak Pj Bupati Flotim untuk mengevaluasi kinerja manajemen RSUD Larantuka dan fasilitas kesehatan yang ada di daerah. Mereka juga meminta Pj Bupati Flotim menjelaskan status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Larantuka.

"Sepertinya pemerintah kita ini hanya buat aturan, tapi tidak ada sosialisasi. Ini juga soal lemahnya manajemen di Pemerintah Kabupaten Flores Timur sehingga status BLUD tidak disosialisasikan," ujar Ketua PMKRI, Bernardus E Besi Koten, dalam orasinya.

Mahasiswa Cipayung menduga hasil audit maternal perinatal (AMD) kematian ibu dan bayi di RSUD Larantuka sudah ada. Mereka kemudian menagih hasil audit dan ingin mendengarkan langsung dari Pj Bupati Flotim.

Selain menggelar orasi, mahasiswa Cipayung juga mendesak agar bertemu dengan Pj Bupati Flotim Doris Alexander Rihi. Kesal tak bisa bertemu, mahasiswa kemudian membakar tiga ban bekas di depan Kantor Bupati Flotim sebagai bentuk protes.

Beberapa menit kemudian, tiga ban yang dibakar dipadamkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Sontak mahasiswa Cipayung mengamuk dan kembali membakar satu buah ban.

Aparat kemudian geram dengan mahasiswa yang kembali membakar ban. Mobil pemadam kebakaran kemudian dikerahkan. Aksi saling tunjuk dan perang kata-kata antara Satpol PP Flotim, polisi, dan Cipayung tak terkendalikan. Mahasiswa kemudian memalang mobil pemadam kebakaran yang melintas.

Mahasiswa Cipayung tak hanya menggelar demonstrasi di depan Kantor Bupati Flotim. Mereka juga bergerak ke DPRD Flotim setelah mendapatkan informasi ada pertemuan Pj Bupati bersama Sekretaris Daerah (Sekda) di sana.




(hsa/hsa)

Hide Ads