Almarhum Brigjen Anton Enga Tifaona akan diusulkan sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT). Usulan dibahas dalam rapat Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) di Aula Dinas Sosial NTT, Rabu (6/3/2024).
Kepala Dinas Sosial NTT Yosef Rasi mengatakan secara prosedur usulan telah disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata. "Di mana, pada proses tersebut telah dilakukan penyiapan administrasi serta syarat-syarat yang harus dipenuhi," ujar Yosef.
Yosef mengisahkan perjalanan hidup Anton Enga. Menurutnya, Anton Enga merupakan sosok putra terbaik NTT karena berintegritas dan penuh dengan gagasan-gagasan yang cemerlang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Almarhum terlahir dari seorang anak petani di desa. Anton Enga kemudian menjalankan pendidikan awal ke Larantuka, Ende, dan terakhir mengikuti pendidikan kepolisian.
Banyak hal yang ditorehkan selama perjalanan sebagai polisi aktif. "Misalnya, pencetusan konsep yang berkaitan dengan penggunaan helm," urai Yosef.
"Itu adalah gagasan yang keluar dari almarhum, ini dipandang baik dan digunakan sampai saat ini," tambahnya.
Menurut Yosef, almarhum juga mengusulkan untuk mengubah kemudi pada mobil dari kiri ke kanan. Usulan itu dilakukan ketika Anton Enga bertugas di Timor Timur yang kini menjadi negara Timor Leste.
"Ketika ditugaskan di Timor Timur, penggunaan kendaraan setirnya ada di kiri, kemudian almarhum mengubah itu harus pada posisi kanan. Oleh perusahaan mengubah itu sampai saat ini. Padahal zaman itu sangat sulit berintegrasi. Tapi almarhum bisa melakukan itu," terangnya.
Yosef menyebut Anton Enga juga mengeluarkan gagasan pemisahan polisi dari Angkatan Bersejata Republik Indonesia (ABRI). Namun, menurut Yosef, hal itu tidak dicatat atau didokumentasikan.
Meski begitu, Yosef mengeklaim ada catatan tangan dan juga ketikan mesin ketik yang menunjukkan almarhum mengonsepkan pemisahan polisi dari ABRI lewat surat yang disampaikan kepada Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Pada saat itu ibu Megawati menjadi presiden dan itu dipisahkan. Maka, ini luar biasa, satu karya yang masih berjalan dan nyata ada," terang Yosef.
Almarhum juga fokus memberikan masukkan terkait upaya penanganan serta menolak keras adanya hal-hal tercela yang mencoreng integritasnya.
Menurut Yosef, Anton Enga juga sudah digunakan sebagai nama jalan dan patung di Lembata. "Kami terus berupaya agar monumental ini tidak hanya di Lembata, tapi di tingkat provinsi. Sehingga, ketika ditetapkan sebagai pahlawan nasional, maka ada banyak orang mengenalnya bahwa ia pantas dan layak," ungkap Yosef.
"Itu yang menurut saya, kami perlu perjuangkan dengan baik, dan secara proses bisa lancar. Saya berkomitmen semua hal yang berhubungan ini harus kami jalani dengan sungguh-sungguh," bebernya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) NTT Linus Lusi mengatakan pihaknya bersama para akademikus akan membuat karya berupa buku mengenai Anton Enga. Buku diharapkan menjadi referensi dan secara terknis akan diatur dalam mata pelajar mulok melalui Peraturan Gubernur (Pergub).
"Buku itu dicetak, mudah-mudahan tidak hanya beliau, tapi tokoh-tokoh pahlawan nasional yang sudah diseminarkan, misalnya Frans Seda," tandas Linus.
(nor/dpw)