Puluhan mahasiswa dan dosen dari 25 organisasi yang tergabung dalam Aliansi Rakyat NTB Menggugat melakukan aksi demonstrasi di Kota Mataram, tepat di jalan simpang empat Bank Indonesia Provinsi NTB, Jumat (9/2/2024). Mereka melakukan salat Jenazah di jalan sebagai simbol matinya demokrasi.
Para mahasiswa menuntut agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) mundur dari jabatannya. Demonstran menilai Jokowi sudah cawe-cawe atau ikut campur dalam pencalonan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik (Fishipol) Universitas Mataram Taufan mengatakan pencalonan Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres ikut bertarung pada Pemilu 14 Februari 2024 cacat secara hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taufan menjelaskan Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Anwar Usman terbukti melakukan pelanggaran etik berat dengan mengeluarkan putusan MKMK nomor: 2/MKMK/L/11/2023 terkait dengan batas usia minimum calon presiden.
"Kita lihat hari ini proses penegakan hukum jauh dari rasa keadilan. Saya mengajar hukum, keadilan, hak asasi manusia serta proses peradilan hukum di Unram. Apa yang dilakukan Jokowi tidak sesuai dengan aturan," kata Taufan dalam orasinya.
Menurut Taufan, apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi selama tahapan kampanye Pemilu 2024, bukan menunjukkan sikap kenegarawanan.
"Jokowi memulai berbagai skenario pencalonan anaknya yang diputuskan oleh MKMK sebagai keputusan melanggar etik berat. Kemudian melibatkan instrumen pemerintahan dan penegakan hukum, yang kami duga kepolisian dan institusi lain menjadi korban," tegas Taufan.
Dalam aksi tersebut, puluhan mahasiswa melakukan aksi nyeleneh. Para mahasiswa melaksanakan salat Jenazah di tengah jalan tepat di simpang empat Bank Indonesia di Kota Mataram.
Salat Jenazah itu dilakukan sebagai sebuah ilustrasi kematian rezim Presiden Jokowi dan kematian demokrasi di Indonesia.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Mataram Herianto memimpin langsung salat Jenazah.
"Innalilahi wainnailaihirojiun. Telah meninggal dunia hati nurani Jokowi yang mematikan demokrasi bangsa kita," kata Herianto seusai aksi salat Jenazah.
Dalam aksi tersebut, Herianto juga meminta para mahasiswa membaca sumpah mahasiswa yang narasinya ditambah.
"Kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbangsa satu, bangsa tanpa penindasan. Kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbahasa satu, bahasa tanpa kemunafikan, bahasa tanpa kebohongan," ujar mahasiswa.
Pantauan detikBali, hingga pukul 17.50 Wita, puluhan mahasiswa terus melakukan orasi meski hujan turun mengguyur Kota Mataram.
(hsa/iws)