Politikus senior PDIP Rachmat Hidayat menyayangkan hengkangnya Maruarar Sirait alias Ara dari partai berlambang banteng moncong putih. Menurutnya, cara Ara mengambil sikap politik keliru karena tidak sowan ke Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Ada kekeliruan dia, ketika ada ganjalan dengan partai dia (seharusnya) datang saja ke Ibu (Megawati). Apa susahnya ngomong?" kata Rachmat saat dihubungi detikBali, Selasa (16/1/2024).
Rachmat menilai Ara sebagai salah satu kader terbaik PDIP. Ia menuturkan ayah Ara, Sabam Sirait, adalah salah satu pendiri PDIP. Ara, kata dia, seharusnya menyampaikan keluhannya ke Megawati sebelum mengambil keputusan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keluarga Sabam Sirait dan Ibu Mega sangat dekat. Tidak semestinya begini. Satu yang disayangkan, kenapa tidak datang sowan ke ibu? Sebagai anak kan ada kata maaf atau apalah," sambung anggota DPR asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Nama Rachmat turut disebut Ara dalam kalimat perpisahannya yang diunggah melalui akun Instagram @maruararsirait. Pria yang kerap dijuluki sebagai 'barang antik Megawati' itu juga mengaku dekat dengan Ara dan ayahnya, Sabam Sirait.
"Jauh sebelum dia (Maruarar) keluar, ada yang tanya ke saya. Saya bilang dia kader yang baik, kami lihat sehari-hari dia berjuang di Jabar, di DPR," kata Rachmat.
Keputusan Ara untuk hengkang dari PDIP, Rachmat melanjutkan, telah mengkhianati perjuangan ayahnya sebagai pendiri PDIP. Meski begitu, Ketua DPD PDIP NTB itu mengeklaim konsolidasi internal partainya menjelang Pilpres 2024 tak terganggu.
Sebelumnya, pengunduran diri Ara cukup mengejutkan. Ia mendatangi kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, pukul 18.19 WIB pada Senin (15/1/2024). Berselang satu jam kemudian, Ara keluar dari kantor DPP PDIP dan menyatakan pamit dari PDIP.
Ara tak menyebutkan alasan hengkang karena hendak pindah partai atau karena beda pilihan capres di Pemilu 2024. Namun, dia jelas menyebut memilih mengikuti langkah Joko Widodo (Jokowi).
"Dan saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi, karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia. Kepercayaan publiknya, approval rating-nya 75-80 persen, beliau sudah memperjuangkan banyak hal, bagaimana tegas menghadapi radikalisme, bagaimana membuat mayoritas saham Indonesia di Freeport dan bagaimana juga membantu rakyat kecil, dan juga memindahkan ibu kota, adanya pemerataan," kata Maruarar.
(iws/gsp)