Maulida tak pernah menyangka bisnis olahan ikan yang dia rintis sejak akhir 2019 berkembang pesat. Ia rela berhenti menjadi seorang guru honorer, profesi yang dibanggakan orang tuanya. Maulida perlahan membuktikan bisa hidup lebih layak dari berbisnis. Ia kemudian membentuk kelompok usaha mikro kecil menengah (UMKM) bernama Bale Mpaq.
"Penghasilan guru dengan bisnis sangat jauh. Tidak tahu kenapa orang tua minta saya tetap menjadi guru," tutur Maulida saat ditemui di kediamannya, di Lingkungan Pondok Perasi, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/10/2023).
Suatu hari, orang tua Maulida mulai sakit-sakitan. Gaji sebagai guru honorer tidak cukup untuk biaya berobat sang ibu. Maulida pun mulai berpikir untuk mencari sumber pendapatan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maulida melihat potensi ikan layah yang melimpah di kampungnya. Kebetulan, Kelurahan Bintaro dikenal sebagai salah satu kampung nelayan. Sejak itulah, Maulida belajar membuat olahan ikan dan mulai berjualan di sela-sela kesibukannya sebagai pengajar.
Produk pertama yang dijual Maulida adalah abon ikan. Ia pun harus bangun pagi-pagi untuk bisa mendapatkan bahan baku ikan dari nelayan. "Dulu, sebelum berangkat ngajar saya selalu menyempatkan diri beli ikan," kenang Maulida.
Abon ikan hasil racikan tangan Maulida awalnya dipasarkan dari mulut ke mulut. Mulai dari tetangga, kerabat, hingga dijual secara daring melalui akun media sosial pribadinya.
Tak kurang dari setahun merintis, produk olahan ikan Maulida mulai dikenal dan kian diminati. Maulida bahkan mendapat pesanan 2.000 bungkus abon ikan saat pandemi COVID-19 berkecamuk.
Maulida yang ketika itu masih berstatus sebagai guru honorer mulai kewalahan memenuhi pesanan abon ikan. "Tahun itu menjadi tahun yang kacau. Urusan rumah tangga dan ngajar amburadul. Di sana saya berpikir harus memilih salah satu yang berpeluang," imbuhnya.
Pada 2022, Maulida membulatkan tekad untuk berhenti menjadi guru dan fokus berbisnis. Perempuan berusia 30 tahun itu bahkan bisa hidup dan menghidupi orang-orang di sekitarnya.
Berdayakan Emak-emak
![]() |
Melalui Bale Mpaq, Maulida memberdayakan emak-emak dan janda di kampungnya untuk memproduksi aneka olahan ikan. Baginya, omzet Rp 40 juta per tiga bulan dari produk olahan ikan jauh lebih cukup dari penghasilannya sebagai seorang guru honorer.
Menurutnya, omzet itu tak hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari keluarganya, tetapi juga untuk sembilan karyawannya di Bale Mpaq. "Jadi penggajian kami menggunakan konsep sosialis atau bagi rata gaji semua pegawai sama. Hasil penjualan kami bagi rata dalam tiga bulan sekali," imbuh Maulida.
Maulida dan sembilan pegawainya memproduksi aneka olahan ikan itu secara bergotong royong. Mulai dari memasak, mengemas, hingga memasarkan produk-produk tersebut. Bahkan, mereka juga harus menghubungi nelayan setempat untuk mendapatkan ikan.
"Kami beli ikan empat kali dalam seminggu, 100 kilogram per bulan. Jadi, tidak setiap hari membeli ikan nelayan," tuturnya.
Dari 100 kilogram ikan yang dibeli dari nelayan setempat, Maulida mengolahnya menjadi kacang layang, abon, sambal, stik, hingga kerupuk. Produk olahan Bale Mpaq dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu untuk stik ikan hingga Rp 35 ribu untuk abon ikan.
Produk olahan ikan produksi Bale Mpaq kini dapat dijumpai di beberapa toko oleh-oleh hingga mall di NTB. Untuk merambah pasar yang lebih luas, Maulida juga memasarkan produknya secara daring, melalui marketplace.
Salah satu karyawan Bale Mpaq Nurul Uyun senang bisa bergabung dengan kelompok UMKM yang dibangun Maulida. Ibu satu anak itu mengaku mulai bisa menabung sejak bergabung dengan Bale Mpaq.
"Alhamdulillah sejak bergabung saya sudah mulai nabung untuk anak sekolah. Ya bisa bantu-bantu keluarga juga," kata Uyun.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya...
Kecipratan Dana CSR Pertamina
Produk olahan ikan oleh kelompok UMKM Bale Mpaq yang dirintis Maulidaa tak hanya diburu pembeli. Upaya Maulida membangun Bale Mpaq dan memberdayakan emak-emak di kampungnya juga dilirik oleh PT Pertamina Ampenan Mataram.
Bale Mpaq kecipratan dana corporate social responsibility (CSR) dari Pertamina. Bahkan, Maulida dan sembilan karyawannya di Bale Mpaq berkesempatan mengikuti pelatihan melakukan pemasaran dan pengembangan bisnis.
Bantuan dana CSR Pertamina itulah yang kemudian digunakan untuk mendirikan bangunan yang dijadikan tempat Bale Mpaq memproduksi aneka olahan ikan. Tak hanya bangunan, Maulida juga memperbarui berbagai peralatan seperti kompor, penggorengan, hingga alat pengemasan.
"Setelah itu saya mengurus perizinan UMKM ini agar terdaftar secara resmi di pemerintahan Kota Mataram," kata Maulida
"Rencananya kami akan menambah produk. Ya, kalau bisa memiliki toko kelontong khusus olahan ikan," sambungnya.
![]() |
Community Development Officer PT Pertamina Ampenan Kota Mataram Siti Imrotus Solekhah mengatakan kelompok UMKM Bale Mpaq yang dikelola Maulida mendapat bantuan dana CSR untuk pertama kalinya. Menurutnya, Pertamina berkomitmen untuk menjadikan Kelurahan Bintaro sebagai kampong olahan ikan.
"Selain itu kami bina UMKM Bale Mpaq untuk menciptakan variasi olahan yang ramah lingkungan bebas pengawet berbahan dasar ikan," kata Siti, Senin (30/10/2023).
Siti menjelaskan besaran bantuan diberikan Pertamina sesuai permintaan pelaku UMKM. Bahkan, Siti menyebut keinginan Maulida membuat toko untuk memasarkan hasil olahan ikan bukan tidak mungkin untuk direalisasikan.
"Silakan diajukan ya. Tapi sebenarnya pembangunan harus di lahan masyarakat. Kami survei jika ada," imbuh Siti.