Turis China Hilang di TN Komodo, Gahawisri Minta Lifeguard

Turis China Hilang di TN Komodo, Gahawisri Minta Lifeguard

Ambrosius Ardin - detikBali
Jumat, 20 Okt 2023 22:15 WIB
Turis sedang snorkeling di perairan Taman Nasional Komodo. (Ambrosius Ardin)
Foto: Turis sedang snorkeling di perairan Taman Nasional Komodo. (Ambrosius Ardin)
Manggarai Barat -

Ketua DPC Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia (Gahawisri) Labuan Bajo Budi Widjaja mendorong pembenahan wisata bahari di Taman Nasional Komodo dan sekitarnya, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal tersebut buntut seorang turis asal China, Yi Liu (27), hilang di Long Pink Beach, Taman Nasional Komodo.

Salah satunya perlu adanya lifeguard (penjaga pantai) di setiap pantai yang menjadi destinasi wisata bahari. Lifeguard ini bertugas untuk memberikan pertolongan terhadap wisatawan yang mengalami kecelakaan saat snorkeling atau diving.

"Perlu ada lifeguard untuk menolong wisatawan," ujar Budi di Labuan Bajo, Jumat (20/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi juga mendorong agar pramuwisata (guide) yang meng-handle aktivitas wisata bahari harus bisa berenang. Tujuannya agar bisa menolong wisatawan ketika terjadi kecelakaan saat snorkeling.

"Pramuwisata wajib bisa renang," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Selama ini Budi menggandeng guide dari Persatuan Penyelam Profesional Komodo (P3Kom) untuk handel turis yang melakukan aktivitas wisata bahari. "Saya selalu memakai minimal rescue dive sertifikatnya," katanya.

Budi juga mendorong adanya pelatihan pertolongan di air (rescue water) terhadap guide di Labuan Bajo. Rescue Water ini bisa menggandeng Basarnas untuk memberikan pelatihan tersebut.

Pelatihan Rescue Water itu, jelas dia, agar guide memiliki keahlian berenang dan mampu memberi pertolongan kepada wisatawan saat terjadi kecelakaan di laut. "Rescue Water ini agar guide bisa renang 100 meter bolak balik, mampu evakuasi di atas air, dan evakuasi pakai tali ketika ada arus," jelasnya.

Ia melanjutkan dalam pelatihan Rescue Water itu, guide juga diberi keahlian melakukan pertolongan medis. Di antaranya pertolongan pertama kepada turis yang terluka dan resusitasi jantung paru (cardiopulmonary resuscitation/CPR) kepada turis yang tiba-tiba mengalami henti jantung.

"Guide punya kemampuan memberikan pertolongan medis pertama kalau ada yang terluka, dan melakukan CPR pertolongan pertama pernafasan," ujar Budi.

Rescue Water ini juga membekali guide kemampuan untuk membaca arus laut. Dengan kemampuan ini, guide bisa memilih sisi yang tepat bagi turis untuk turun dari kapal.

"Kemampuan membaca arus, tamu turun dari sisi mana," jelasnya.

Dalam Rescue Water itu juga diberikan pelatihan penanganan kondisi darurat di laut hingga evakuasinya. Bagaimana menenangkan turis agar tak panik.

Sebab kepanikan turis saat diberitahu pertolongan bisa juga berakibat fatal, tidak hanya bagi turis tersebut, tapi juga guide yang menolongnya. "Ada kondisi korban panik, gimana caranya agar dia tidak panik, karena kita bisa ditenggelamkan," jelas Budi.

Lebih lanjut, Budi mendorong agar ditentukan titik-titik aman untuk aktivitas snorkeling di perairan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya. "Perlu ditentukan titik-titik snorkeling," katanya.

Budi juga merekomendasikan agar dibuatkan mooring (tempat menambatkan tali kapal) untuk kapal wisata berlabuh di tengah laut. Penggunaan jangkar untuk berlabuh di tengah laut tidak direkomendasikan karena kapal bisa bergeser jika jangkar tidak mencengkram kuat dasar laut. Jangkar yang bergeser juga bisa merusak karang.




(nor/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads