Polres Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencabut surat izin keramaian dan menghentikan turnamen sepakbola Camat Rote Barat Cup I. Hal itu sebagai buntut kericuhan yang mengakibatkan dua orang terluka saat laga antarkampung (tarkam) tersebut mempertemukan tim Tunggaoen A versus Teu Esa A, pada Selasa (17/10/2023).
"Kami telah menghentikan seluruh kegiatan pertandingan sampai batas waktu yang belum ditentukan," ujar Kapolres Rote Ndao AKBP Mardiono kepada detikBali, Kamis (19/10/2023).
Mardiono mengungkapkan pencabutan izin turnamen itu dilakukan berdasarkan hasil rapat bersama antara Polsek Rote Barat, panitia turnamen, manajer tim, pemerintah kecamatan dan desa setempat pada Rabu (18/10/2023). Pertemuan tersebut menyepakati panitia dan manajer kedua tim yang bermasalah agar menyelesaikan masalah dengan membuat surat pernyataan perdamaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mardiono, kedua tim yang terlibat kericuhan itu juga didiskualifikasi dari turnamen Camat Rote Barat Cup 1 karena terbukti melakukan pelanggaran. Ia mengaku masih memeriksa sejumlah pihak yang terlibat dalam kericuhan laga tarkam tersebut.
"Sejumlah pihak sedang kami mintai klarifikasi di Polres Rote Ndao," tandasnya.
Kericuhan laga sepakbola tarkam yang mengakibatkan dua orang luka-luka itu terjadi di Lapangan Nemberala, Rote Barat, NTT. Para pemain dan suporter terlibat perkelahian dan saling serang dengan batu. Dua orang yang terluka di kepala langsung dilarikan ke Puskesmas Delha untuk mendapatkan perawatan.
Pertandingan antara kedua tim berlangsung dengan tensi yang tinggi sehingga terjadi banyak pelanggaran. Puncaknya saat memasuki akhir babak kedua, terjadi keributan dua pemain dari kubu berbeda. Keributan itu bermula saat satu pemain Tunggaoen A melakukan selebrasi berlebihan setelah mencetak gol.
Keributan itu berujung baku pukul. Suporter kedua tim tersulut emosi dan turut dalam perkelahian. Arena sepakbola berubah menjadi arena perkelahian massal. Pertandingan terpaksa dihentikan oleh wasit.
(iws/gsp)