Mengejar Hiu Paus Berbobot 12 Ton di Teluk Saleh

Sumbawa

Mengejar Hiu Paus Berbobot 12 Ton di Teluk Saleh

Christine Novita Nababan - detikBali
Minggu, 10 Sep 2023 22:18 WIB
Hiu paus di perairan Teluk Saleh, Torano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Populasinya tercatat sebanyak 110 ekor spesies yang didominasi oleh hiu paus muda berukuran 1,5-5 meter. (Dok.Konservasi Indonesia/Iqbal Herwata)
Hiu paus di perairan Teluk Saleh, Torano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Populasinya tercatat sebanyak 110 ekor spesies yang didominasi oleh hiu paus muda berukuran 1,5-5 meter. (Dok.Konservasi Indonesia/Iqbal Herwata)
Sumbawa -

Waktu menunjukkan pukul 03.20 Wita ketika saya dan para relawan dari Konservasi Indonesia tiba di Desa Labuhan Jambu di Kecamatan Torano, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (28/8/2023). Satu per satu rombongan menaiki jukung untuk berangkat ke Teluk Saleh.

Langit masih biru kegelapan. Udara dingin menusuk, apalagi angin bertiup kencang saat jukung bergerak dengan kecepatan 20 knot atau sekitar 40 kilometer per jam.

Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke bagan tempat hiu paus berkumpul. Saat terlelap tidur, tiba-tiba suara percikan air dari ember nelayan membangunkan rombongan. Ternyata, kapal sudah tiba di satu dari tiga bagan yang berjejer di tengah perairan Teluk Saleh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang nelayan terlihat sibuk menuangkan ember berisi air yang dicampur dengan ebi (udang kecil). "Ini makanan hiu paus, biar mereka datang," terang salah satu nelayan yang mengendalikan kapal tersebut.

Tidak berselang lama, dua ekor hiu paus mendekat. Satu di antaranya berukuran sekitar lima meter, lainnya berukuran tiga meter. Mereka berenang mendekati bagan. Mulutnya menganga lebar-lebar menanti ebi-ebi yang dilemparkan nelayan dari bagan.

Langit perlahan mulai terang. Semburat jingga menandakan matahari terbit sebentar lagi. Saya bergegas memasang masker dan memakai long fin (kaki katak untuk menyelam). Byurrr.... saya pun menjatuhkan diri ke tengah lautan dan mulai mengikuti arah hiu paus berenang. Berkejaran.

Saat lelah, saya berhenti sebentar beristirahat sembari mengambang di air. Giliran hiu paus mendekati, saya menyelam sedikit lebih dalam.

Anda tidak perlu takut. Spesies berbobot sekitar 5-12 ton tersebut sangat bersahabat. Setidaknya, begitu pengalaman saya ketika berenang dengan mereka pertama kali di Teluk Saleh, tahun lalu.

Namun, tubuhnya yang besar tidak boleh disepelekan. Apalagi, saat ekor mereka bergoyang, jangan sampai Anda kena sepak ya!

Senior Program Director Konservasi Indonesia Fitri Hasibuan menyebut ada 110 ekor hiu paus yang berenang-renang di perairan Teluk Saleh. Populasinya terbanyak kedua setelah Teluk Cendrawasih di Papua, yaitu sebanyak 150 ekor.

Hiu paus di perairan Teluk Saleh, Torano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Populasinya tercatat sebanyak 110 ekor spesies yang didominasi oleh hiu paus muda berukuran 1,5-5 meter. (Christine Novita/detikBali)Hiu paus di perairan Teluk Saleh, Torano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Populasinya tercatat sebanyak 110 ekor spesies yang didominasi oleh hiu paus muda berukuran 1,5-5 meter. (Christine Novita/detikBali)

Dari jumlah itu, 40 persen atau sekitar 44 ekor hiu paus di Teluk Saleh merupakan spesies muda dengan panjang bervariasi dari 1,5 meter hingga 5 meter. "Kehadirannya (hiu paus) di wilayah ini (Teluk Saleh) tercatat sudah lima tahun. Diduga Teluk Saleh ini menjadi lokasi perlindungan bagi hiu paus muda," jelasnya.

Konservasi Indonesia, lanjut Fitri, telah memasang penanda (tagging) di 25 ekor hiu paus yang ada di Teluk Saleh. Tujuannya, mengumpulkan data dan informasi untuk penelitian.

Ketika detikBali berkunjung, kegiatan tagging juga tengah dilakukan. Peneliti menyelam untuk memasang penanda di sirip hiu paus.

Sebelum memasang penanda, hiu paus terlebih dahulu dijaring untuk membatasi ruang geraknya. Kemudian, peneliti mengebor sebagian kecil di sirip spesies tersebut.

Pekerjaan itu memakan waktu sekitar satu jam sebelum si hiu paus kembali dilepaskan dari jaringnya. Ketika jaring dilepas, si hiu paus pun ngacir ke kedalaman.

Ekowisata Hiu Paus

Konservasi Indonesia mencatat pendapatan masyarakat di Desa Labuhan Jambu meningkat sebagai dampak dari ekowisata hiu paus. Satu tahun setelah ekowisata ini dibuka pertama kalinya pada 2018 lalu, pengeluaran wisatawan untuk melihat hiu paus mencapai Rp 327 juta pada 2019.

Dampak ekonomi langsung bagi masyarakat Desa Labuhan Jambu pada 2019 itu sebesar 47 persen. Sementara, dampak ekonomi tidak langsung sebesar 38 persen, dan dampak ekonomi lanjutannya mencapai 15 persen.

"Ada 705 anggota masyarakat sekitar yang terdampak langsung dari ekowisata hiu paus. Mereka bekerja di 50 unit usaha yang berbeda-beda, mulai dari pemandu wisata, rental mobil, suvenir, penyewaan alat diving dan snorkeling, transportasi perahu lokal, hingga bagan yang digunakan sebagai media pengamatan hiu paus," kata Fitri Hasibuan.

Mail, salah satu nelayan, mengungkapkan sebelum mendapatkan edukasi tentang konservasi hiu paus, dia bekerja serabutan. Pernah juga dia memburu hiu paus. Namun, sejak konservasi dilakukan, Mail justru mendapatkan dampak ekonomi lebih besar.

"Sekarang bawa kapal sendiri, bawa wisatawan melihat dan menyelam bersama hiu paus. Terutama akhir pekan, banyak sekali wisatawan," imbuhnya.

Hiu paus di perairan Teluk Saleh, Torano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Populasinya tercatat sebanyak 110 ekor spesies yang didominasi oleh hiu paus muda berukuran 1,5-5 meter.Hiu paus di perairan Teluk Saleh, Torano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Populasinya tercatat sebanyak 110 ekor spesies yang didominasi oleh hiu paus muda berukuran 1,5-5 meter. Foto: Dok.Konservasi Indonesia/Abdy Hasan

Mail tidak sendirian meraup berkat dari ekowisata hiu paus. Nawir, nelayan lainnya juga mengaku pundi-pundinya lebih tebal sejak konservasi hiu paus berjalan. Mereka dibekali pengetahuan untuk menjaga dan melestarikan hiu paus.

Justru, yang menjadi tantangan, kehadiran pelaku pariwisata dan wisatawan-wisatawan yang dibawa kapal-kapal wisata dari dari luar Sumbawa. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang setara dengan masyarakat Desa Labuhan Jambu mengenai upaya menjaga dan melestarikan hiu paus.

"Misalnya, berenang ramai-ramai nanti megang-megang hiu pausnya. Atau, banyaknya sampah yang dibawa wisatawan, terutama sampah plastik," ujar salah satu nelayan dari bagan.

"Ini ya menurut saya perlu diedukasi juga. Karena kapal yang merapat ke bagan untuk melihat hiu paus itu dari mana-mana. Ada yang dari Lombok, ada yang dari Labuan Bajo dan lain-lain," lanjut nelayan tersebut enggan disebut namanya.

Wisata Gratis

Pemerintah Kabupaten Sumbawa sejauh ini tidak memungut retribusi untuk ekowisata hiu paus. Artinya, hilir mudik wisatawan ke Teluk Saleh masih gratis. Hal itu dibenarkan oleh Ismail Syakurachman, Elasmobranch and Charismatic Species Program Senior Officer Konservasi Indonesia.

Selama ini, lanjut Ismail, pemandu wisata atau perahu lokal yang membawa wisatawan melawat hiu paus di Teluk Saleh mematok biaya mereka sendiri. "Rasanya seperti pasar bebas, karena harga ditentukan oleh masing-masing operator wisata. Kami bersama Pemprov NTB saat ini sedang menyiapkan formula untuk pengelolaan kawasan yang menguntungkan masyarakat sekaligus ekosistem yang ada di laut," imbuhnya.

Danni Johan (35), salah satu wisatawan yang berkunjung, mengaku merogoh kocek sekitar Rp 600 ribu untuk berenang bersama hiu paus. Nilai itu mencakup transportasi perahu lokal, teh dan kopi yang disediakan operator, dan pemandu wisata.

"Operator mematok harga semakin mahal jika wisatawan yang berangkat sedikit. Sebaliknya, harga semakin murah jika wisatawan yang berangkat banyak," terang wisatawan asal Jakarta yang bekerja di bidang teknologi informasi tersebut.

Danni tidak mengaku keberatan membayar harga yang dipatok. Hanya saja, ia usul sebaiknya biaya yang dibayarnya juga dapat disisihkan untuk membantu pelestarian hiu paus, termasuk membangun ekonomi masyarakat setempat.




(iws/hsa)

Hide Ads