Sebanyak 176 pengungsi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunggu bertahun-tahun untuk mendapat suaka dan diterima oleh negara ketiga. Para pengungsi ini hampir seluruhnya atau 98 persen merupakan warga negara (WN) Afghanistan. Sisanya berasal dari Pakistan.
Program Assistant International Organization for Migration (IOM) Kupang Herman Rabu membeberkan para pengungsi saat ini ditempatkan di Hotel Lavender dan Hotel Ina Boi, Kota Kupang.
Herman menjelaskan jumlah tersebut sebenarnya sudah berkurang sejak 2022 dan tahun ini bakal dikirim lagi ke negara ketiga. Namun, dia belum merinci berapa banyak pengungsi yang akan bermigrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Populasinya pada awal Januari 2022 itu 205 orang dan ada 29 orang lebih yang dikirim ke negara ketiga mulai tahun lalu sampai dengan hari ini. Kemungkinan dalam tahun ini ada yang akan diproses ke luar," ungkap Herman dalam workshop media bertajuk Isu Migran dan Pengungsi di Kupan, Sabtu (17/6/2023).
IOM Kupang belum lama ini pun mencoba berkoordinasi dengan IOM Canberra di Australia terkait kompetensi dan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan di Negeri Kanguru tersebut.
"Hal itu yang menjadi dasar bagi kami untuk menyiapkan skill mereka sesuai juga dengan bakat dan minat mereka juga. Tidak bisa juga kami ikuti maunya negara ketiga tanpa tahu kemampuan mereka sendiri," jelas Herman lagi.
Herman menegaskan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) yang mempunyai wewenang untuk penempatan para pengungsi ke negara ketiga dan siapa saja yang diterima.
"Nantinya mereka interview di Jakarta dan itu yang disiapkan IOM sampai menunggu kapan mereka diberangkatkan," katanya.
Herman menjelaskan masa tunggu yang sudah bertahun-tahun membuat para pengungsi kerap melalukan aksi demonstrasi. Tuntutan para pengungsi biasanya adalah ingin pemerintah Indonesia mendorong UNHCR maupun negara ketiga menerima mereka untuk menambah kuota.
"Terakhir kali demonstrasi di Kota Kupang itu pada September 2022," ujar Herman.
Jumlah pengungsi di Indonesia mencapai 14 ribu orang. Namun, hanya 7.073 orang yang dibantu oleh IOM. Sementara, pengungsi di Indonesia yang sudah ditempatkan ke negara ketiga sejak 2000 sebanyak 10.137 orang. Rata-rata, 500 orang pengungsi hijrah ke negara ketiga setiap tahun.
Herman menjelaskan pengungsi yang bisa masuk ke negara ketiga harus diseleksi dan disesuaikan dengan kuota. Misalnya, Australia hanya mau menerima 100 orang pengungsi per tahun. Jumlah tersebut sangat kecil dari 14 ribu pengungsi yang ada di seluruh Indonesia.
IOM juga bertugas memulangkan pengungsi yang ingin kembali ke negara mereka secara sukarela. Pengungsi di Indonesia yang dipulangkan kembali ke negara asal sebanyak 7.805 orang dalam 23 tahun terakhir.
Memang ada beberapa yang minta kembali ke negaranya. Namun IOM meninjau kembali kondisi politik dan konflik di negara asal mereka. Semisal Afghanistan yang saat ini pemerintahannya dipegang oleh Taliban.
"Kami belum tahu ada berapa banyak negara di dunia yang mengakui pemerintahan Taliban sehingga itu yang menghambat proses pemulangan mereka secara sukarela," pungkas Herman.
(hsa/hsa)