Wakil Ketua Departemen Advokasi dan Bantuan Hukum Pengurus Pusat Pemuda Katolik Antonius Damianus Mahemba mengungkapkan sebanyak 704 pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia di luar negeri. Jumlah tersebut terhitung dalam periode 2014-2022 atau sembilan tahun terakhir.
Menurut Anton, mayoritas dari mereka yang meninggal dunia itu adalah PMI ilegal atau korban perdagangan orang. Ia menyebut Provinsi NTT sebagai daerah dengan PMI ilegal terbanyak di Indonesia.
"Provinsi NTT sebagai lumbung PMI ilegal dengan angka kematian PMI tertinggi keempat di Indonesia. Ada 704 kasus PMI meninggal dunia atau rata-rata satu sampai dua jenazah tiba di NTT setiap pekan, yang mana 90 persennya adalah PMI ilegal atau korban perdagangan orang," kata Anton dalam keterangannya seusai Sosialisasi Penempatan Pekerja Migran Indonesia di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Senin (3/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anton menegaskan perdagangan orang adalah kejahatan serius yang merendahkan martabat manusia. Ia menyebut Pemuda Katolik bersama Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) belakangan ini gencar menggelar sosialisasi untuk memberikan perlindungan bagi PMI.
"Sosialisasi ini dilakukan karena semakin marak kasus pekerja migran menjadi korban perdagangan orang, yang disinyalir dilakukan oleh para sindikat perdagangan orang yang terstruktur dan masif dengan mengorbankan pekerja migran untuk meraup keuntungan," kata Anton.
Menurut Anton, PMI wajib mendapatkan perlindungan paripurna dalam aspek hukum, ekonomi, dan sosial. Perlindungan tersebut diberikan sejak sebelum bekerja, selama bekerja, maupun sesudah bekerja.
Baca juga: Pertarungan Nelayan Lepas dari Gigitan Buaya |
"Masyarakat dibekali dengan pemahaman seputar prosedur yang benar untuk bekerja ke luar negeri dengan aman sebagai PMI serta tata cara perekrutan yang prosedural. Ini salah satu upaya mencegah terjadinya pengiriman PMI secara ilegal," jelasnya.
Untuk diketahui, Sosialisasi Penempatan Pekerja Migran Indonesia di Kabupaten Sumba Barat Daya itu juga dihadiri oleh Kepala BP3MI NTT Siwa, Ketua Komisi Kerawam Keuskupan Weetabula sekaligus Direktur Yayasan Donders Pater Mikhel Keraf, Direktur Yayasan Sarnelli Sumba Pater Paulus Dwiyaminarta, Direktur Sumba Hospitality Foundation Redempta Bato, dan aktivis kemanusian Yeremias Kewuan. Sosialisasi serupa sebelumnya digelar di Kota Batam, Kepri dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
(iws/nor)