Warga asal Lingkungan Oloh, Kelurahan Monjok Barat, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) terpaksa membangun tembok untuk menutup gang akses tetangganya karena diduga sering cekcok. Penutupan gang itu dilakukan oleh pemilik rumah bernama Desi Ari Susanti.
Lurah Monjok Barat Mulya Hidayat mengatakan penutupan akses jalan keluarga Lalu Harmal bersama anaknya, Lalu Iswandi oleh Desi Ari Susanti itu dilakukan pada 25 Januari 2023. Masalah penutupan gang ini, kata Mulya, diduga akibat kedua tetangga ini kerap cekcok terkait persoalan kenyamanan.
"Jadi memang tanah itu satu kesatuan milik ibu Desi. Tidak ada masalah awalnya. Muncul riak antar tetangga yang kami tangkap," kata Mulya bercerita kepada detikBali, Selasa sore (28/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mulya, permasalahan cekcok antara Desi Ari Susanti dengan Lalu Iswandi kerap ditengahi oleh Ketua RT Lingkungan Oloh. "Jadi pernah kami terima laporan kalau Desi Ari Susanti terganggu terhadap anak Lalu Harmal ini. Karena main musik di malam hari notabene jam malam," jelas Mulya.
Permasalahan itu kerap dilaporkan Desi Ari Susanti ke Ketua RT. Sekitar Juni 2022, Desi Ari Susanti terganggu dengan suara motor milik Lalu Iswandi.
"Saat itu diingatkan sama Ibu Desi. Anaknya Desi itu semacam mendapatkan tekanan dari anaknya Lalu Harmal. Tidak terima dengan ada suara ribut-ribut di gang itu," ungkap Mulya.
Lalu muncul persoalan lain saat itu, kata Mulya, di posisi gang itu dibuatlah pipa pernapasan pembuangan oleh Desi Ari Susanti. Lalu pipa itu diduga rusak karena banyak motor lalu lalang masuk ke pekarangan Lalu Harmal.
"Nah, pipa itu rusak dicurigailah dari keluarga Lalu Harmal ini yang merusak. Karena kan sering lewat sana. Antara Desi dan anaknya lalu Harmal ribut lagi saat itu," katanya.
Atas banyaknya kasus ini, keluarga Desi Ari Susanti akhirnya memasang kamera CCTV yang mengarah ke halaman rumah Lalu Harmal. Mulya sempat mendatangi keduanya dengan tujuan meminta CCTV diarahkan ke gang.
Mulya juga berpandangan pemasangan CCTV itu sah-sah saja. Mengingat keluarga Lalu Harmal juga akan merasa diuntungkan jika terjadi hal yang tidak diinginkan ketika terekam kamera CCTV.
Namun, permasalahan kenyamanan itu terus terjadi antara kedua belah pihak meski CCTV telah dipasang. Akhirnya di gang tersebut, Desi Ari Susanti memasang pintu gerbang.
"Dia buat gerbang. Jadi kunci itu juga diberikan ke Lalu Harmal. Saya sarankan jangan pasang gerbang yang terkunci. Nanti jadi masalah lagi begitu. Tapi gerbang itu tetap dipasang," papar Mulya.
Hingga akhirnya pada awal Januari 2023, kedua belah pihak dipertemukan. Masing pihak diakomodir keinginan masing-masing.
Dalam pertemuan itu, Lalu Harmal pun tetap meminta akses jalan tersebut. Sedangkan Desi Ari Susanti meminta sejumlah pernyataan tertulis agar ditaati oleh Lalu Harmal.
"Tapi saat itu Lalu Harmal tidak mau bertanda tangan. Bahwa poin-poin itu menyudutkan Lalu Harmal," jelasnya.
Akhirnya puncak permasalahan itu terjadi ketika pihak Desi Ari Susanti kehilangan sandal. Saat itu Lalu Harmal merasa tertuduh.
Hingga akhirnya, poin-poin dalam surat pernyataan yang tidak kunjung ditandatangani oleh Lalu Harmal. Bahkan Lalu Harmal diancam oleh Desi Ari Susanti akan menutup gang tersebut.
"Dalam surat pernyataan itu intinya saya rangkum bertetangga dengan baik. Pak Lalu Harmal merasa terlalu menyudutkan mereka. Akhirnya tidak tandatangan. Dan ibu Desi pun langsung menutup gang tersebut," kata Mulya.
Terpisah, Kuasa Hukum Lalu Harmal Imam Syukron Kodami mengatakan kliennya tidak menerima penutupan gang tersebut. Mengingat akses itu merupakan jalan satu-satunya keluarga Lalu Harmal.
"Jadi tanah itu luasnya empat are. Tahun 1997 itu dibeli oleh keluarga Desi Ari Susanti dengan ada pernyataan resmi tersirat dari Lalu Harmal untuk tetap ada akses jalan," ungkapnya.
Namun, gang itu pun dibuatkan sertifikat oleh Desi Ari Susanti dengan tidak melibatkan tetangga sekitar.
"Kami sudah mengirim somasi agar masalah ini segera mendapatkan titik terang. Kami ingin agar gang ini kembali dibuka," ujarnya.
Pasalnya, kata Imam, seluruh keluarga Lalu Harmal yang masih tinggal di rumah tersebut terpaksa harus manjat tembok warga untuk beraktivitas.
"Kasihan mereka harus naik tembok. Sekarang semua anaknya Lalu Harmal yang tinggal di sana terpaksa mengungsi," pungkas Imam.
(nor/bir)