Material longsor menutupi ruas Jalan Nasional Trans Timor KM 73 di Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak Jumat (17/2/2023) malam. Tingginya tumpukan material longsor mencapai 20 meter itu sempat viral di media sosial.
Sebuah video situasi longsor di Takari, Kupang, beredar dalam pesan berantai melalui aplikasi WhatsApp. Perekam video menyebut ruas jalan tertutup akibat 'gunung bergeser'.
Menurut Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), fenomena sebenarnya merupakan gerakan tanah jenis longsoran bahan rombakan pada daerah tekuk lereng di bagian selatan jalan nasional. Lantaran ruas jalan tertimbun longsoran, warga tidak bisa melintas dan transportasi lumpuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut fakta-fakta bencana longsor di Takari, Kupang, NTT, yang disebut warga sebagai 'gunung bergeser' yang dikutip detikBali dari laman resmi Badan Geologi:
Kondisi Daerah Bencana
Morfologi
Lokasi longsor berada di lembah beΕar yang dibatasi perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam. Tampak bentukan longsoran lama di bagian hulu dari lembah tempat terjadinya gerakan tanah tersebut. Adapun daerah bencana berada pada elevasi sekitar 150 meter di atas permukaan laut.
Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor (Suwitodirjo dan Tjokrosapoetro, 1996), lokasi bencana tersusun oleh batuan dari Kompleks Bobonaro (Tmb), Formasi Batuputih (Tmpb) dan Formasi Noele (QTn). Kompleks Bobonaro terdiri dari fragmen ukuran boulder, matrik lempung berkandungan Foraminifera.
Formasi Batuputih terdiri dari kalsilutit, tuff, sedikit marl dan batu gamping Arenit. Formasi ini menjemari dengan Formasi Noele yang terdiri dari perselingan mari dan batu pasir, konglomerat dan tuf. Struktur geologi di lokasi gerakan tanah sangat intensif, terdiri dari sesar normal berarah barat-timur yang terpotong oleh sesar mengiri yang berarah utara-selatan.
Kerentanan Gerakan Tanah
Mengacu pada Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah pada Bulan Februari 2023 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah Menengah-Tinggi.
Itu berarti, wilayah tersebut mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi/di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
Menurut Badan Geologi, ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah. Termasuk di antaranya kemiringan lereng yang terjal di sekitar lokasi gerakan tanah.
Selain itu, pergerakan tanah juga bisa karena pengaruh struktur geologi yang intensif. Hal itu membuat batuan di daerah ini memiliki banyak bidang lemah berupa rekahan. Selanjutnya, bisa pula karena kondisi batuan yang terdiri dari jenis batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, tuff, marl/napal, atau kalsilutit.
Faktor lainnya adalah adanya morfologi longsoran lama yang menunjukkan indikasi gerakan tanah lama yang aktif kembali. Demikian pula faktor tingginya curah hujan yang bisa memicu gerakan tanah.
Rekomendasi
Badan Geologi juga mengeluarkan rekomendasi bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi bencana longsor untuk meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan deras turun dan sesaat setelahnya. Demikian pula petugas yang membersihkan material longsor agar senantiasa memperhatikan kondisi kestabilan material dan cuaca demi keselamatan kerja.
(iws/hsa)