Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kabupaten Dompu Zaenal Afrodi menganggap Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) Jamaluddyn Malady diskriminatif terhadap Festival Tambora sehingga acara itu dicoret dari kharisma event nusantara (KEN). Pasalnya Jamaluddyn menyebut Dompu tak mampu mendulang pembaruan dari setiap event Festival Tambora.
Menurut pria yang akrab disapa Feri itu, Festival Tambora tidak hanya digelar oleh Kabupaten Dompu, tapi juga digelar oleh daerah serumpun yakni Kota Bima dan Kabupaten Bima. Akan tetapi hanya Dompu yang disebut tidak mampu mendongkrak ekonomi UMKM.
"Ini ada indikasi diskriminasi. Tak baik buat keselarasan bernegara," tegasnya pada detikBali, Kamis (2/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Feri menilai sebagai pemimpin harus arif melihat kondisi dan jangan atas dasar suka tidak suka menjadi dasar memutuskan sesuatu. Feri menduga ada konspirasi jahat di balik terhapusnya Festival Tambora dalam KEN Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
"Kalau ada konspirasi jahat di balik terhapusnya FT (Festival Tambora) Dompu dari KEN, ini pertanda buruk pemimpin dalam bernegara," tandasnya.
Feri menegaskan ia tidak terima jika festival Tambora dihapus tanpa alasan yang jelas dan tidak masuk akal. Pasalnya, Feri menganggap setiap gelaran event yang selalu dipusatkan di Padang Savana Doro Ncanga ini selalu ramai dan sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Dompu.
"Kalau ini alasan dihapus FT dari KEN, saya rasa ini alasan konyol dan sepihak yang tidak rasional, ini alasan orang tidak berakal," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menghapus gelaran Tambora Menyapa Dunia dari lis Kharisma Event Nusantara (KEN). Alasannya, festival itu sepi peminat, bahkan menghabiskan anggaran.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) Jamaluddin Malady menuturkan penghapusan festival Tambora juga karena kehadirannya tidak memberi dampak signifikan bagi pelaku UMKM di Kabupaten Dompu.
"Jadi, (pemerintah) pusat menghapus. Memang, seluruh event diminta tetap bisa bertahan dan harus ramai, juga harus banyak perputaran uangnya di sana," ungkapnya, Selasa (31/1/2023).
(nor/gsp)