Kemeriahan Perang Topat di Pura Lingsar Lombok

Kemeriahan Perang Topat di Pura Lingsar Lombok

Ahmad Viqi - detikBali
Jumat, 09 Des 2022 07:30 WIB
Ribuan masyarakat di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB, tumpah ruah menyaksikan kemeriahan Perang Topat di Pura Lingsar Lombok Barat, Kamis (9/12/2022).
Ribuan masyarakat di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB, tumpah ruah menyaksikan kemeriahan Perang Topat di Pura Lingsar Lombok Barat, Kamis (9/12/2022). (Ahmad Viqi/detikBali)
Lombok Barat -

Ribuan masyarakat di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, tumpah ruah menyaksikan kemeriahan prosesi Perang Topat di Pura Lingsar Lombok Barat, Kamis (9/12/2022). Ritual perang ketupat yang menunjukkan keharmonisan umat Hindu dan Islam di Lombok Barat itu kembali digelar setelah dua tahun ditiadakan akibat pandemi COVID-19.

"Alhamdulillah sekarang kita kembali laksanakan dengan penuh kemeriahan," kata Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid saat membuka acara Kemaliq Perang Topat di Pura Lingsar, Kamis (9/12/2022) sore.

Fauzan menjelaskan, Perang Topat dilaksanakan setiap purnama bulan ketujuh berdasarkan penanggalan Suku Sasak. Menurutnya, Perang Topat di Pura Lingsar merupakan warisan dari para leluhur masyarakat Suku Sasak dan Hindu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat prosesi dilaksanakan, umat Islam dan Hindu setempat melakukan satu rangkaian ritual tanpa ada sekat. Meski saling lempar ketupat, ritual Perang Topat ini mengajak seluruh umat yang berbeda itu untuk saling jaga dan membangun keharmonisan.

"Perang Topat ini bagaimana kita bersikap terhadap pluralisme di tengah masyarakat Lombok. Ini warisan leluhur yang harus kita jaga," katanya.

ADVERTISEMENT

"Ini juga salah satu perang yang tidak pakai senjata. Perang ini juga tidak menimbulkan korban jiwa," imbuhnya.

Terpisah, Ketua Panitia Pujawali Pura Lingsar Kecamatan Lingsar Lombok Barat A. A. Ketut Agung Oka Kartha Wirya mengatakan Kemaliq Perang Topat merupakan rangkaian salah satu rangkaian pujawali di Pura Lingsar. Persiapannya dilakukan oleh umat Hindu setempat dengan membuat berbagai perlengkapan pujawali di Gedong Pura Lingsar.

Prosesi kemudian dilanjutkan dengan maturan ayunan di Pura Ulon, Gaduh, Kemalik, dan Gedong di halaman Pura Lingsar. Setalah itu, umat Hindu menghaturkan bebantenan (sesaji) di masing-masing sanggar hingga diakhiri dengan persembahyangan bersama. Rangkaian prosesi saat pujawali ini mirip dengan pujawali yang digelar di berbagai pura di Bali.

"Kemudian ada acara Pedanda Siwa mepuja, serangkaian megelarsanga, puja trisandya, pemuspaan di Mandala Kemalik lokasi umat Islam," kata Agung.

"Malamnya baru dilanjutkan dengan pementasan sesolahan seni budaya dari umat Hindu," imbuhnya.

Salah satu warga yang menyaksikan Perang Topat di Pura Lingsar, Indah Zulhi (32) mengatakan kemeriahan prosesi itu menandakan adanya ikatan sosial antara umat Islam dan Hindu di Lombok Barat.

"Kami senang. Di sana kan masyarakat dua agama berbaur di dalam satu acara. Ini contoh yang bagus untuk perbedaan. Perlu dijaga," pungkas Indah.




(iws/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads