Warga di perbatasan antara Lombok Barat dan Kota Mataram tampaknya tak asing lagi dengan Pisang Goreng Terowongan yang rasanya dikenal gurih. Penjual pisang goreng yang dapat ditemui di pinggir terowongan Jalan By Pass BIL II Gerung Mataram itu selalu diserbu pembeli.
M Nasri (31), sang penjual asal Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, mengaku tidak ada yang istimewa dari pisang goreng yang dia jual. Padahal, dalam sehari dia bersama istrinya berhasil menjual dua keranjang pisang, ubi, dan sukun. Bahkan, ia bisa mengumpulkan uang hingga Rp 800 ribu per hari dari jualan pisang goreng.
"Kita pakai pisang kepok atau sabe (dalam bahasa Sasak) ini kan kita ambil dari Santong Lombok Utara. Tidak ada yang istimewa padahal. Tapi, nggak tau kenapa selalu ramai yang beli. Apalagi waktu sore," kata Nasri kepada detikBali, Minggu (4/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ukuran pisang yang dijual Nasri biasanya dibelah dua. Sebagaimana pisang goreng pada umumnya, pisang kemudian dicampur adonan tepung terigu, ditambah sedikit garam dan gula pasir. Tak ketinggalan ditambah akan air agar adonannya lebih gurih saat digoreng.
Dalam sehari, Nasri menghabiskan satu karung tepung seberat 25 kilogram. Sedangkan ubi dan buah sukun menghabiskan satu keranjang. Biasanya, Nasri membeli ubi di Pasar Desa Perampuan dan Pasar Mandalika Mataram.
"Sukun dan ubi itu modalnya sekitar Rp 140 ribu. Laris juga. Sebelum sore sudah habis. Apalagi menjelang magrib itu. Biasanya rame banget pembeli kan. Jadi yang tersisa hanya pisang kalau malam," katanya.
Nasri menceritakan awalnya dia menjual pisang goreng di Taman Loang Baloq Kota Mataram. Karena jumlah kunjungan sepi, akibat pandemi COVID-19 pada 2020 lalu, Nasri sempat pindah lokasi jalan di bawah Monumen Temolak atau di pintu masuk ke Kota Mataram dari Lombok Barat.
Selama kurun 3 bulan jualan di bawah Monumen Temolak, Pemerintah Kota Mataram pun mengeluarkan larangan kepada seluruh pedagang untuk pindah karena mengganggu pemandangan monumen.
"Nah setelah itu saya pindah ke sisi selatan pas di dekat Terowongan jalur ke Desa Bajur dan Desa Perampuan. Kenapa dinamakan pisang goreng Terowongan, karena dekat dengan terowongan kan. Biasalah pembeli sering kasih nama begitu," katanya.
Lapak pisang goreng Nasri mulai buka sekitar pukul 10.00 dan tutup pada pukul 21.00 Wita. Dalam sehari, ia bisa mengumpulkan uang hingga Rp 500 hingga Rp 800 ribu dari jualan pisang goreng. Bahkan jika sedang ramai, Nasri biasanya mendapatkan lebih dari keuntungan pada hari biasa.
"Kalau lagi sepi kadang dapat Rp 200 sampai Rp 300 ribu lah," katanya.
Harga pisang goreng yang dijual Nasri mulai dari Rp 5 ribu, Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. "Murah kok. Kalau beli Rp 10 ribu dapat bonus 2 kan. Jadi keuntungan tidak kita hitung. Ya Alhamdulillah ya selalu ramai," imbuhnya.
(iws/hsa)