Ada cerita mistis dari warga desa di balik keberadaan tiga batu lesung situs Wadu Nocu di Desa Saneo, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut salah satu warga Arsyad (63) dirinya sering mendengar adanya aktivitas pada malam hari mulai dari permainan musik, canda tawa dari makhluk yang tak kasat mata.
Arsyad yang sehari-hari tinggal di sawah yang berada tepat di samping lokasi batu lesung ini kerap menjumpai hal-hal aneh. Mulai dari kerbau yang bertanduk panjang hingga monyet putih yang berkeliaran.
"Ada suara pesta atau hajatan dengan musik gendang, seruling dan gamelan seperti dari jawa, ramai sekali seakan-akan ada acara sunatan dan nikahan orang jaman dulu," cerita Arsyad saat ditemui detikBali, Sabtu (27/8/2022).
Sementara itu, warga lainnya Syamsudin (54) juga mengatakan hal yang sama. Sewaktu kecil dirinya tidak berani berjalan di bawah pohon beringin bersama orang tuanya ketika ke ladang. Pasalnya selalu ada suara-suara aneh dan hawa lain yang dirasakan.
"Tidak berani jalan sendiri kalau di tempat ini, selalu merinding. Tapi itu dulu, sekarang sudah berbeda karena lokasinya juga tidak seangker dulu," tuturnya.
Arti Tiga Batu Lesung
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut warga sekitar, nama Wadu Nocu diambil dari bahasa Dompu yakni batu lesung. Penamaan itu ditandai dengan bentuknya yang menyerupai lesung ukuran besar. Selain itu, batu ini dipercaya sebagai tempat orang zaman dahulu menumbuk padi.
"Kami menamainya Wadu Nocu, yang berarti batu lesung. Nama ini bukan baru-baru ini tapi sudah ada sejak zaman jauh sebelum kami ada," kata ketua Pokdarwis Desa Saneo, Ilyas pada detikBali, Sabtu (26/8/2022).
Ilyas mengatakan, batu lesung berjumlah 3 buah dengan posisi sejajar dan berdekatan sekitar 5 meter dari satu ke lainnya. Namun kondisinya, dua batu masih utuh dan satu batu lainnya telah pecah.
"Ada tiga batu lesung, cuma satu sudah pecah. Menurut cerita rakyat, tiga batu ini masing-masing milik Dompu, Sumbawa dan Bima. Kalau yang pecah ini milik Sumbawa, yang tengah milik Dompu dan yang telah diselimuti oleh pohon beringin itu adalah milik Bima," jelas Ilyas.
Keberadaan batu lesung ini belum dilakukan penelitian oleh pemerintah baik dari Kabupaten Dompu maupun Balai Arkeolog Bali. Sehingga tidak diketahui pasti berapa usai batu yang berbentuk lesung tersebut dan bagaimana proses pembuatannya.
(nor/nor)