Hal tersebut berdasarkan kajian teknis dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Bali bersama dengan tim dari program studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana serta Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Bali-NTB-NTT.
"Tidak ada ditemukan aktivitas manusia masa lalu atau temuan arkeologi karena gua itu adalah rongga di dalam tanah yang jebol ketika ada aktivitas pembangunan hotel. Walaupun itu tidak bersifat gua tapi harus tetap dipelihara dan dijaga supaya pengunjung di sana aman untuk beraktivitas dan bisa dimanfaatkan untuk sarana pariwisata," ucapnya ketika dihubungi detikBali pada Senin (25/7/2022) sore.
Dirinya mengaku ini merupakan kali pertamanya menemukan restoran dalam gua tersebut. Meski demikian, Eka menuturkan, sesungguhnya untuk obyek-obyek yang diduga cagar budaya bisa dimanfaatkan. Namun dengan prinsip tetap memperhatikan keberadaan tempat tersebut agar tidak melakukan perubahan, merusak hingga membahayakan pengunjung itu sendiri.
"Di masa yang akan datang jika ditemukan lokasi-lokasi yang barangkali diindikasikan sebagai objek yang diduga cagar budaya agar dapat berkoordinasi dengan kami di Dinas Kebudayaan. Dan nantinya kami akan berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya agar sama-sama dapat merumuskan strategi pemanfaatannya. Konsep pelestarian bukan melarang, boleh memanfaatkan tapi agar tidak mengganggu, merusak dan keberadaan obyek," tambahnya.
Disinggung mengenai kapan The Cave dapat beroperasi kembali, kata Eka, itu tergantung bagaimana nantinya keputusan di Dinas Perizinan Badung dan dinas terkait. Untuk diketahui sebelumnya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Bali dan Disbud Badung membentuk tim yang kemudian dilakukan peninjauan ke lokasi tersebut pada Kamis (21/7/2022) pukul 09.00-10.00 Wita dengan didampingi oleh General Manager The Edge selaku pengelola Restoran The Cave beserta staf lainnya.
Penjelasan Gua jadi Restoran Bukan ODCB
Kemudian berdasarkan informasi dari pengelola, pada tahun 2014, The Edge berniat untuk membangun villa dan saat pengeboran untuk konstruksi terjadi runtuhan pada batuan kapur tersebut dan mendapati sebuah rongga besar di bawahnya, sehingga aktivitas konstruksi dihentikan. Pembangunan villa yang sedianya dilaksanakan tersebut ditata ulang dan akhirnya digeser atau dipindahkan ke arah selatan dari temuan rongga besar tersebut.
Lalu rongga besar tersebut dibiarkan hingga tahun 2016 dan baru dilirik kembali untuk dikembangkan sebagai restoran. Tahap pengerjaannya dimulai dengan mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan pemanfaatannya. The Cave sendiri terletak di kawasan Bentang Lahan Solusional - Karst dengan litologi limestone (kapur). Di mana kondisi lingkungan kering dengan kandungan air sangat terbatas di permukaan, tetapi memiliki jalur-jalur bawah tanah yang membentuk rongga atau lorong-lorong kecil sebagai jalan air.
Eka menuturkan, berdasarkan pengamatan pada saat ditemukan, tidak ada pintu gua yang menghubungkan rongga tersebut dengan bagian luar. Demikian juga tidak ada lorong-lorong yang menghubungkan dengan rongga lainnya. Sehingga merupakan rongga atau ruangan tunggal.
Sesudah pengerjaan pengeboran pada tahun 2014, rongga ini baru terbentuk akses pintu gua karena runtuhan secara tidak sengaja di bagian langit-langit gua. Rongga besar yang berukuran panjang 12 meter, lebar 7 meter, dan tinggi 6 meter merupakan gua alam dengan interior berupa stalaktit, stalakmit, dan pilar.
Hingga saat ini, pembentukan gua masih terbentuk dengan ditandai adanya tetesan air dan rembesan di beberapa bagian. Kemudian saat pengamatan dilakukan, kondisi rongga sudah terdapat stage lantai, peralatan, perlengkapan, dan interior dengan pola adaptif dengan karakter sekitarnya sehingga tidak mencolok, kecuali interior ceruk menyerupai gua gajah, dan arca.
Lantai gua sebagian besar sudah tertutup oleh stage lantai yang permanen. Sebagian lantai dikeramik terutama pada sisi barat untuk menghubungkan dengan bagian ruangan kecil. Sisi timur masih terdapat lantai gua yang terlihat dan tidak terdapat lapisan tanah, hanya beberapa runtuhan baru.
Berdasarkan pengamatan di luar The Cave, kata Eka, tidak ditemukan adanya indikasi kegiatan manusia masa lalu atau purba, kecuali jejak aktivitas sejak adanya pembangunan hotel. Namun, terdapat beberapa gua hunian di sekitar The Cave yang merupakan ODCB saat ini yaitu Gua Selonding dan Gua Karang Boma.
Adapun jarak antara The Cave dengan Gua Selonding sekitar 1 kilometer tetapi tidak ada bukti terkait hubungan kedua lokasi ini. Sama halnya juga tidak adanya temuan arkeologi di sekitar The Cave menunjukkan bahwa
kawasan ini tidak ada hubungan tersebut.
Lalu pengamatan di dalam The Cave terhadap dinding dan permukaan lantai tidak ditemukan adanya indikasi aktivitas manusia masa lalu atau tidak ada temuan arkeologi. Berdasarkan hal tersebutlah diambil kesimpulan bahwa gua tersebut bukanlah ODCB.
(nor/nor)