Tenda Pendaki di Bukit Propok Lombok Timur Beku Dibalut Es

Tenda Pendaki di Bukit Propok Lombok Timur Beku Dibalut Es

Ahmad Viqi - detikBali
Senin, 25 Jul 2022 17:47 WIB
Pendaki di Bukit Savana Propok temukan bongkahan es di depan tenda pada Minggu (24/7/2022) kemarin
Pendaki di Bukit Savana Propok temukan bongkahan es di depan tenda pada Minggu (24/7/2022) kemarin. Foto: ist
Lombok Timur - Tenda pendaki di Bukit Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur, NTB beku dibalut es. Fenomena tersebut dirasakan oleh salah satu pendaki Dimas Alfaraby Jihad (22) yang bermalam di Bukit Savana Propok, Minggu (24/7/2022). Menurut Dimas tendanya sempat tidak bisa dibuka karena beku oleh bongkahan es saat bermalam di Bukit Propok Lombok Timur, NTB.

Pendaki asal Desa Loang Make, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah itu mengungkapkan suhu dingin di Bukit Propok terasa sangat ekstrem dan berbeda dari biasanya. Dimas memperkirakan selama bermalam di Bukit Propok suhu berada di angka 5 hingga 9 derajat celcius.

"Kami tidak bisa cek suhu karena tidak ada sinyal di atas. Tapi, yang jelas tenda kami beku. Dan ada bongkahan es di depan dan belakang tenda," ujarnya kepada detikBali, Senin (25/7/2022).

Malam itu kata pendaki yang berangkat bersama 5 orang rekannya itu mengaku sulit tidur karena suhu terlalu dingin.

Terpisah, Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Praya Lombok Tengah, Aprilia Mustika Dewi menyatakan suhu dingin yang melanda wilayah NTB merupakan pertanda memasuki musim kemarau.

Bahkan lanjut Aprilia pada saat akhir bulan Juli dan awal Agustus 2022, wilayah NTB akan memasuki puncak musim kemarau.

"Nah ketika musim kemarau telah tiba suhu akan terasa lebih dingin dari biasanya karena dipengaruhi oleh angin Monsoon Australia. Angin ini yang membawa massa udara kering dan bersifat dingin," kata Aprilia via WhatsApp, Senin (25/7/2022).

Menurutnya, angin Monsoon Australia tersebut bergerak dari Australia menuju Asia melewati Indonesia khususnya NTB. Pada saat yang bersamaan saat musim kemarau kelembapan udara relatif rendah. Selain itu, tutupan awan yang sedikit akan mempengaruhi suhu dingin saat malam hingga menjelang pagi di NTB.

"Saat siang hari matahari akan terasa terik yang menyengat karena sedikitnya tutupan awan. Pada saat itu juga gelombang pendek yang terpancar dari matahari akan terserap sempurna oleh permukaan bumi," kata Aprilia.

Kemudian pada saat malam hari yang cerah dan tidak terdapat tutupan awan. Biasanya gelombang panjang akan terpancarkan seluruhnya ke angkasa tanpa adanya pantulan kembali oleh awan.

"Nah, inilah yang menyebabkan suhu di NTB akan terasa dingin dari biasanya," pungkasnya.



(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads