Indonesia resmi meluncurkan ajang perdana Wonderful Indonesia Gourmet (WIG) dengan Bali dan Jakarta sebagai tuan rumah. Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menegaskan, WIG menjadi momentum penting untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi pariwisata gastronomi terkemuka dunia.
"Misi kami adalah menjadikannya platform yang menumbuhkan ekosistem pariwisata gastronomi yang lebih kuat, dari hulu hingga hilir. Sekaligus mendorong perekonomian dan menciptakan lapangan kerja," kata Widiyanti dalam sambutannya di The Meru Sanur, Bali, Selasa (30/9/2025).
Widiyanti menjelaskan gastronomi bukan hanya soal rasa, tetapi juga menghubungkan petani, nelayan, pengrajin, koki, pengusaha hingga komunitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari ladang hingga meja makan, gastronomi mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja serta mendukung pariwisata berbasis masyarakat," ujarnya.
Hingga Juli 2025, Indonesia mencatat 8,53 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Dari jumlah itu, 3,97 juta datang ke Bali atau 46,5 persen dari total kunjungan.
Pada 2024, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali dari sektor jasa makanan seperti restoran mencapai Rp 27,6 triliun. Industri manufaktur makanan dan minuman menyumbang Rp 9,71 triliun. Kedua sektor ini menyumbang 12,5% dari total PDRB Bali.
"Bali tetap menjadi destinasi pariwisata nomor satu di Indonesia yang terkenal dengan keindahan alam, kekayaan budaya, serta warisan hidupnya," sebut Widiyanti.
Gastrodiplomasi Lewat WIG
Melalui WIG, pemerintah juga mendorong gastrodiplomasi. "Kami percaya makanan adalah salah satu cara paling tulus untuk memahami sebuah bangsa dan menjadi jembatan budaya yang membagikan identitas Indonesia dengan masyarakat global," ucap Widiyanti.
"Kami berharap hal ini juga akan menginspirasi pertumbuhan atau bahkan lahirnya destinasi gastronomi baru di berbagai wilayah," tambahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Bali I Wayan Sumarajaya menyebut Pemprov Bali mengapresiasi penyelenggaraan WIG. Menurutnya, program ini merupakan inisiatif brilian dalam berwisata yang tidak hanya menikmati kekayaan budaya lokal, tetapi juga memposisikan komunitas sebagai pelaku utama dalam pariwisata berkelanjutan.
"Tidak hanya sekadar destinasi wisata, Bali adalah rumah bagi nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan sistem sosial ekologis yang berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Kuliner Bali memiliki karakter yang khas, sangat unik dan berbeda dari kuliner lain," katanya.
Ia menilai Bali punya potensi besar untuk masuk ke dalam gourmet internasional jika dibina dengan baik dan dibuat berstandar.
"Program ini sangat relevan dengan konsep pariwisata budaya Bali dan akan berdampak positif terhadap perkembangan wisata kuliner. Sehingga memperkaya daya tarik pariwisata budaya Bali," tuturnya.
Dalam rangkaian WIG, juga digelar Artisan Food Market yang menampilkan ragam hidangan ikon kuliner Bali. Beberapa di antaranya Pecel Yuk Sri, Garpu Dua Jari, Warung di Teba, Klepon Gianyar 1980, hingga Pande Egi.
(dpw/dpw)