Bali, yang dikenal dengan keindahan alam dan budaya, juga menawarkan kekayaan kuliner yang unik. Salah satu tempat yang menyajikan pengalaman kuliner berbeda ada di Buleleng, Bali, dengan konsep rumahan tradisional.
Restoran ini bernama Dapur Bali Mula yang menonjolkan cita rasa otentik dan suasana khas Bali zaman dahulu, di mana pengunjung cukup membayar secara sukarela atau donasi. Meski pembayaran sukarela, restoran ini selalu ramai, sehingga pengunjung diharuskan untuk melakukan pemesanan tiga hari sebelumnya.
Daya Tarik Dapur Bali Mula
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Bayar Sukarela
Salah satu daya tarik utama Dapur Bali Mula adalah sistem pembayaran sukarela. Pengunjung dapat menikmati makanan lezat dengan bumbu khas Bali dan porsi besar hanya dengan memberikan donasi sesuai kemampuan.
2. Tradisional dan Legendaris
Restoran ini menawarkan keaslian dari sisi tradisional Bali. Semua makanan diolah menggunakan metode tradisional, dan tempatnya sendiri didesain seperti rumah tradisional Bali yang sederhana namun penuh pesona.
3. Dapur Terbuka (Open Kitchen)
Restoran ini juga memungkinkan pengunjung melihat langsung proses pengolahan makanan. Dari pembuatan arak Bali hingga jaje laklak, semua bisa disaksikan sambil mencicipi hasil masakan.
4. Suasana Rumahan
Mengusung konsep dapur otentik Bali jaman dulu, Dapur Bali Mula menawarkan suasana sederhana namun memikat, memberikan pengalaman kuliner yang berkesan.
5. Menu Sesuai Alam
Tidak ada menu tetap di Dapur Bali Mula. Pengunjung yang telah memesan sebelumnya akan mendapatkan set menu yang disiapkan khusus sesuai jumlah orang. Makanan yang disajikan, seperti sate lilit ikan laut, pepes ikan, dan sambal matah, semuanya diolah dari hasil tangkapan segar hari itu.
Lokasi Dapur Bali Mula
Restoran ini terletak di Desa Les Singaraja, Tejakula, Buleleng, Bali, sekitar 2,5 jam dari Kota Denpasar.
Dapur Bali Mula menjadi pilihan menarik bagi para pecinta kuliner yang ingin menikmati hidangan tradisional Bali dengan sentuhan keaslian dan kesederhanaan.
Artikel ini ditulis oleh Ni Komang Nartini peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)