Mantap! Sambel Bejek Belayu Marga yang Ikonik, Pakai Bunga Kecombrang

Tabanan

Mantap! Sambel Bejek Belayu Marga yang Ikonik, Pakai Bunga Kecombrang

Chairul Amri Simabur - detikBali
Sabtu, 19 Nov 2022 11:15 WIB
Warung Sambel Bejek Belayu khas Marga, Tabanan, Bali. Sambal tersebut dibuat dari olahan bunga kecombrang yang diiris tipis.
Warung Sambel Bejek Belayu khas Marga, Tabanan, Bali. Sambal tersebut dibuat dari olahan bunga kecombrang yang diiris tipis. (Chairul Amri Simabur/detikBali)
Tabanan -

Sambel Bejek Belayu tampaknya sudah menjadi kuliner ikonik di Kecamatan Marga. Menu legendaris sejak 1978 ini dapat dijumpai di Warung Sambel Bejek Belayu, Jalan Wisnu, Banjar Gunung Siku, Desa Peken, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali.

Posisi warung yang dikelola Nyoman Winten (51) ini juga mudah untuk dijumpai karena letaknya yang ada di pinggir jalur utama yang menghubungkan daerah Belayu dengan Mengwi.

Sesuai namanya, warung ini menyuguhkan sambel bejek sebagai menu utamanya. Sambal tersebut dibuat dari olahan bunga kecombrang yang diiris tipis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irisan bunga kecombrang itu kemudian dicampur dengan irisan cabai rawit dan bawang merah, sedikit perasan jeruk limau, dan sedikit minyak kelapa. Seluruh bahan itu diadon dengan tangan di dalam sebuah cobek besar.

Begitu siap, sambal ini dituangkan ke dalam mangkuk dan disajikan secara terpisah dengan sepiring nasi, sebungkus pepes ayam, dan semangkuk soto ayam.

ADVERTISEMENT

Aroma irisan kecombrang yang wangi dan segar ini melengkapi gurihnya soto ayam yang disajikan pada warung ini. Rasanya yang bikin ketagihan bisa saja membuat makan siang bertambah.

Kebetulan, Warung Sambel Bejek hanya buka pada siang hari, dari pukul 09.00 Wita sampai paling lama pukul 14.00 Wita.

"Jam dua sore, habis atau tidak habis, kami tutup. Karena kami harus istirahat dan sorenya mesti menyiapkan bumbu-bumbu untuk esok hari," tutur Nyoman Winten, Sabtu (19/11/2022).

Dalam sehari, Winten mesti mengiris setidaknya 70 sampai seratus bunga kecombrang. Bahan utama sambel bejek itu harus ia siapkan paling terakhir agar wangi dan kesegarannya terjaga.

Seporsi Sambel Bejek dengan menu pelengkapnya yakni semangkuk soto ayam dan sebungkus pepes ayam. (chairul amri simabur/detikBali)Seporsi Sambel Bejek dengan menu pelengkapnya yakni semangkuk soto ayam dan sebungkus pepes ayam. (chairul amri simabur/detikBali)

"Dan harus diiris tipis-tipis. Bunga kecombrangnya juga tidak boleh terlalu tua. Kalau masih muda biasanya perlu seratus kuncup. Kalau sudah agak mekar, biasanya perlu 70 kuncup," ungkapnya.

Irisan bunga kecombrang itu nantinya ditaruh ke dalam wadah yang kedap udara. Saat akan membuat adonan, barulah irisan itu dituangkan ke dalam cobek untuk diaduk dan diremas.

"Bawangnya juga baru diiris saat buat adonan. Kemudian diisi sedikit perasan jeruk limau, dan cabai rawit. Kalau mau pedas sekali, tinggal menambah cabainya. Tergantung permintaan pembeli," jelasnya.

Satu porsi Sambel Bejek dan menu pelengkapnya disajikan dengan harga yang relatif terjangkau yakni Rp 22 ribu.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...

Generasi Kedua

Winten menuturkan, Sambel Bejek mulai dirintis ibunya, almarhum Ni Made Mengkeb atau Men Kasih dibantu almarhum ayahnya, I Ketut Apil.

"Saya generasi kedua yang meneruskannya," imbuh Winten.

Semula, Winten tidak kepikiran untuk meneruskan usaha kedua orang tuanya tersebut. Ia bahkan sempat beberapa kali menjadi pegawai honor. Mulai dari menjadi Petugas Malaria Desa di Kecamatan Pupuan dan petugas pencatat meteran air PDAM.

"Saya cuma bantu-bantu. Kurang lebih sudah dua puluh tahunan," tutur anak ketiga dari almarhum I Ketut Apil dan Ni Made Mengkeb ini.

Sampai suatu saat, sebelum ibunya meninggal pada 2018 lalu, ia diminta untuk meneruskan usaha itu. Sejak itulah, Winten menjadi generasi kedua yang meneruskan warung Sambel Bejek hingga kini.

"Waktu itu ibu saya sempat sakit. Semingguan. Setelah sembuh, saya ajak jualan. Tapi ibu saya tidak mau. Dia bilang, kamu saja yang jualan," tutur Winten.

Setiap hari, Winten dengan dibantu beberapa orang keluarganya membuka warung dari pagi sampai menjelang sore. Dari pukul 09.00 Wita hingga 14.00 Wita. "Kalau ramai, jam satu (pukul 13.00 Wita) sudah habis," tuturnya.

Jam buka yang dibatasi itu bukannya tanpa asalan. Menurut Winten, ia harus beristirahat dan menyiapkan bumbu-bumbuan yang diperlukan untuk bahan dagangan keesokan harinya.

"Jam empat pagi saya sudah harus bangun untuk menyiapkan bahan dagangan" pungkasnya.

Menurutnya, nama warung Sambel Bejek Belayu justru diberikan oleh pembeli yang sudah langganan. "Kami tidak pernah membuat namanya. Justru nama warung ini diberi pelanggan," pungkas Winten.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Menjelajahi Air Terjun Tanah Barak di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads