Pemilik Warung Bakmi Jawa & Wedangan Pa' Pom di Denpasar, Louis Angga (40) mengaku meski baru membuka warung sejak sebulan lalu, jumlah penggemar dari menu Sate Kere di tempatnya terbilang tinggi.
"Rata-rata per hari kurang lebih 60-80 tusuk laku dan pernah sampai 90-100 tusuk per harinya. Saya kaget juga dengan respon pembeli dan mereka ada yang bukan orang Jawa Tengah asli tapi, buat mereka rasa sate ini cocok di lidah mereka," kata Angga, Sabtu (24/9/2022).
Baca juga: Cicipi Segarnya Rujak Es Krim di Denpasar |
Ia pun menuturkan, kata kere berarti tidak memiliki uang. Menurutnya, nama sate ini telah ada sejak dulu ketika lapisan masyarakat dengan perekonomian rendah tak bisa menikmati daging sapi. Tak habis akal, mereka pun menggunakan jeroan, koyor hingga tetelan sapi untuk membuat menu sate.
Namun, tak semua orang dapat mengolah bahan-bahan tersebut. Sebab, jika tak diolah dengan benar, aroma atau rasa amis dari sapi akan tercium kuat. Angga mengaku, pihaknya memiliki sebuah cara dalam mengurangi aroma tersebut.
"Biasanya kami olah dengan mencuci dan rebus dengan air kelapa dan daun jeruk dan bahan lainnya agar jeroan dan koyor tidak amis. Rebusnya juga jangan terlalu lama, maksimal 1,5 jam karena kalau terlalu lama koyornya akan hancur," ungkap pria asal Jakarta ini.
Ia menuturkan, masakan yang dia jual berasal dari resep ibunya. Soal harga, 1 porsi sate kere dijual Rp 20 ribu yang berisi 5 tusuk sate.
Angga menjelaskan, sate kere ini akan kian nikmat jika disantap dengan minuman wedang uwuh. Wedang tersebut berisikan jahe, kayu secang, batang cengkeh, hingga kapulaga dan gula batu.
Warung Bakmi Jawa & Wedangan Pa' Pom berlokasi di Jalan Merdeka 4 No. 2 Renon, Denpasar Timur, Bali. Warung tersebut buka Selasa-Kamis dan Minggu pukul 11.00-14.00 Wita, lalu dilanjutkan pada pukul 16.00-21.00 Wita. Sementara, untuk Jumat dan Sabtu buka dari pukul 15.00-22.00 Wita.
(iws/iws)