Cicipi Bubuh Bali Khas Desa Geluntung, Rasanya Endul Bikin Nagih!

Cicipi Bubuh Bali Khas Desa Geluntung, Rasanya Endul Bikin Nagih!

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 21 Agu 2022 17:01 WIB
Bubuh Bali khas Geluntung yang dijual di warung Sri Inten, Desa Geluntung, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Bubuh Bali khas Geluntung yang dijual di warung Sri Inten, Desa Geluntung, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Foto: Chairul Amri Simabur
Tabanan -

Bubuh atau Bubur Bali merupakan salah satu menu yang lumrah dikonsumsi saat sarapan. Bubuh Bali biasanya dijajakan di pasar. Kadang kala, varian bubur ayam khas Bali ini dijual tidak jauh dari tempat tinggal penjualnya. Di depan rumah mereka sendiri bermodalkan meja kecil.

Di Desa Geluntung, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan ada menu bubuh yang terhitung populer. Tidak hanya warga setempat, mereka yang bekerja di luar desa kerap menjadikannya sebagai bekal saat pulang kampung dengan sebutan Bubuh Geluntung.

"Tidak tahu mengapa jadi disebut Bubuh Geluntung. Mungkin karena lokasi dijualnya di Geluntung," ujar Ketut Sri Inten (32), salah seorang penjual Bubuh Bali khas Geluntung, Minggu (21/8/2022).



Sri Inten yang sudah berjualan sejak 2019 lalu ini menyebutkan, di akhir pekan ada saja warga yang mencari bubur. Meski di rumahnya sudah makan.

"Kadang yang bekerja di Denpasar, pas pulang kampung, baliknya dia beli beberapa bungkus untuk keluarganya. Tadi ada teman yang balik ke Denpasar pesan lima bungkus," sebut Sri Inten.

Ia menyebutkan, penyajian dan rasa bubur yang dijualnya tidak beda dengan Bubuh Bali pada umumnya. Kalaupun ada, perbedaannya hanya pada lauknya.

Kalau pada umumnya, Bubuh Bali ditemani dengan kremesan yang terbuat dari campuran telur dan kanji yang digoreng, pada bubur Bali khas Desa Geluntung diganti dengan telur rebus.

"Tambahannya ceker. Kalau tidak pakai ceker satu porsinya Rp 5.000. Tapi kalau pakai ceker, satu porsinya Rp 7.000," jelasnya.

Campuran selebihnya antara lain serundeng dan sayur urap. Terkadang Sri Inten menggunakan sayur urap dari nangka atau tauge. Selanjutnya, bubur yang sudah dicampur dengan serundeng maupun sayur urap itu akan disiram dengan kuah. Dari kuah inilah rasa pedasnya terasa. Oleh Sri Inten, kuah tersebut diolah bersama rebusan ceker.

Tidak sulit untuk menemukan warung Bubuh Geluntung milik Sri Inten. Lokasinya ada di pinggir jalan utama desa. Jaraknya sekitar seratus meter setelah SD Negeri 1 Geluntung. Warungnya ada di sisi kanan jalan. Setiap harinya, ia buka warung dari pukul 11.00 Wita sampai sekitar pukul 17.00 Wita.

"Rata-rata sehari saya siapkan dua kilogram bubur. Kalau lagi ramai, jam dua siang itu sudah habis," pungkasnya.

Ketut Sri Inten (32), salah seorang penjual Bubuh Bali khas Geluntung, Tabanan.Ketut Sri Inten (32), salah seorang penjual Bubuh Bali khas Geluntung, Tabanan. Foto: Chairul Amri Simabur



(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads