Warung Es Waneng boleh jadi satu-satunya tempat yang menyajikan es kopyor sebagai sajian utamanya di seputaran Kota Tabanan. Es Waneng menjadi minuman legendaris dari daerah dengan julukan Lumbung Beras ini.
Mencari lokasi warung ini juga tidak sulit. Lokasinya di pinggir Jalan Mawar, Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken.
Es Waneng juga bisa menjadi referensi minuman segar di siang hari. Terutama saat cuaca sedang terik.
Harga Es Waneng relatif murah. Satu gelas atau sebungkusnya seharga Rp 2.000. Es Waneng memiliki cita rasa manis dan segar.
Bahan utama pembuatan Es Waneng adalah santan. Namun, kelapa yang akan diambil santannya harus dibakar terlebih dahulu.
"Kelapanya dibakar dulu sebelum dibuat jadi santan. Setelah jadi baru dicampur gula pasir dan es balok yang dipecah kecil-kecil," jelas Ni Nyoman Jumartini (53) penjual Es Waneng saat dijumpai pada Minggu (26/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perpaduan antara gula dan santan dari kelapa yang sebelumnya dibakar membuat warna Es Waneng menjadi cokelat krem.
Saat disajikan, es ini bisa langsung diminum. Tapi ada juga beberapa pembeli yang meminumnya dengan memberikan campuran roti.
Sejarah
Di balik kesegaran dan harganya yang relatif terjangkau, Es Waneng terhitung legendaris karena dirintis sejak 1938.
Perintisnya tiada lain almarhum I Nengah Waneng. Itu sebabnya tempat penjualannya diberi nama Warung Es Waneng.
"Waneng itu nama almarhum bapak saya. Lengkapnya I Nengah Waneng," tutur Ni Nyoman Jumartini yang merupakan anak bungsu sang perintis.
Ia menuturkan, semula bapaknya yang kelahiran 1920 berjualan menggunakan gerobak pikul. Tempatnya berjualan juga di pinggir jalan. Tidak seperti sekarang, di dalam warung.
Meski demikian, penggunaan gerobak pikul sebagai wadah es masih dipakai sampai sekarang. Meski gerobak aslinya tinggal kayu pemiliknya saja.
"Kalau (gerobak) aslinya sudah rusak. Yang tersisa cuma kayu pemikulnya saja," tutur Jumartini.
Anak bungsu dari enam bersaudara ini sekarang menjadi penerus usaha Es Waneng. Terutama sejak bapaknya meninggal pada 1998.
Ia mengaku sudah mulai biasa membantu almarhum bapaknya sejak tamat SD pada 1983.
Karena itu, sampai sekarang Jumartini yang meneruskan usaha almarhum bapaknya tersebut. Sampai usia Es Waneng di tahun ini sudah mencapai 84 tahun.
Setiap harinya, Warung Es Waneng akan buka dari pukul 09.30-18.00 WITA. Biasanya pada hari Minggu warungnya akan ramai pembeli dengan pembeli. Dari anak-anak sampai orang dewasa.
(nor/nor)