Kepolisian Resor Kota (Polresta) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyita ratusan motor yang dipakai untuk balap liar. Penggunanya didominasi oleh anak anak yang masih berstatus pelajar.
"Jumlahnya kendaraan yang kami tahan dari balap liar lebih dari 100, (sedangkan) jumlah (anak-anak)-nya hampir 100. Itu didominasi anak-anak SMP dan SMA," kata Kapolresta Mataram, Kombes Ariefaldi Warganegara, saat diwawancarai di Kantor Wali Kota Mataram, Senin (10/3/2025).
Polresta Mataram akan menahan ratusan motor itu sampai Lebaran Topat atau setelah Idul Fitri. Pemilik nantinya dapat mengambil kendaraannya dengan syarat harus ada surat-surat yang lengkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau nggak lengkap, tetap kami tahan sampai dia bisa menunjukkan surat sah (kendaraanya). (Sementara) mereka yang melakukan (balap liar) kami kenakan wajib lapor setiap Senin dan Kamis untuk kami lihat apakah pembinaan ini berjalan atau tidak," terang Ariefaldi.
Polresta Mataram juga berupaya meminimalisasi kegiatan balap liar sebagai upaya menjaga kenyamanan kepada masyarakat selama Ramadan. Sebanyak 270 personel diturunkan di pululah titik kawasan Mataram guna mencegah aksi balap liar. "Kegiatan rutinnya kami tingkatkan setiap malam dengan menurunkan total personel sekitar 270," ungkap Ariefaldi.
"Kami berharap partisipasi orang tua karena mayoritas anak di bawah umur, ada beberapa yang dari luar Mataram, tetapi mayoritas (balap liar) masih anak-anak Kota Mataram. Ada hampir 50 titik (rawan di Kota Mataram)," imbuh Ariefaldi.
Polresta Mataram tidak hanya fokus pada kegiatan balap liar saja, melainkan juga terkait pengamanan kegiatan perang sarung hingga perang petasan. Menurut Ariefaldi, mereka biasanya beraksi di atas pukul 00.00 Wita hingga subuh.
"Setelah subuh pun masih ada anak-anak yang main petasan, terutama kalau dia libur sekolah. Ini kenakalan anak-anak, tetapi itu kan mengganggu situasi kamtibmas dan ketertiban karena banyak masyarakat yang komplain dan WhatsApp kami," imbuh Ariefaldi.
Ariefaldi berharap dukungan dan peran orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar tidak berkeliaran saat malam hari, khususnya saat Ramadan. "Ndak ada kegiatan positif di atas jam 10 malam, kecuali dia ke masjid untuk tadarusan atau mau pesantren kilat," tegasnya.
"(Hari ini kami) buat imbauan bersama (Wali Kota Mataram Mohan Roliskana) dan Dandim untuk sama-sama peduli dengan lingkungan masing-masing (selama Ramadan)," jelas Ariefaldi.
(iws/iws)