378 Tewas karena Lakalantas di NTT Sepanjang 2024, Kerugian Rp 3,8 Miliar

378 Tewas karena Lakalantas di NTT Sepanjang 2024, Kerugian Rp 3,8 Miliar

Yufengki Bria - detikBali
Selasa, 24 Des 2024 18:58 WIB
Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga, saat memimpin rilis akhir tahun di Mapolda NTT, Selasa (24/12/2024). (Yufengki Bria/detikBali).
Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga, saat memimpin rilis akhir tahun di Mapolda NTT, Selasa (24/12/2024). (Yufengki Bria/detikBali).
Kupang -

Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungkap sebanyak 378 orang di NTT tewas karena kecelakaan lalu lintas (lakalantas) sepanjang tahun 2024. Angka ini menurun dibanding 2023 yang tercatat sebanyak 382 orang tewas.

"Kalau jumlah pelanggaran lalu lintas pada tahun ini ada 32.212 kasus. Sedangkan tahun 2023 sebanyak 33.125 kasus dan turun sebesar 2 persen," ungkap Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga saat rilis akhir tahun di Mapolda NTT, Selasa (24/12/2024).

Mantan Kapolda Papua Barat itu menjelaskan jumlah luka berat akibat lakalantas pada 2024, mencapai 582 orang. Sedangkan pada 2023 berjumlah 618 kasus, turun sebesar 29 persen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, korban luka ringan pada 2024, yaitu 1.747 orang. Sedangkan tahun 2023 berjumlah 1.599 orang. Mengalami peningkatan sebesar 29 persen.

"Kerugian material mencapai Rp 3,8 miliar lebih. Jumlah luka ringan sangat signifikan. Oleh karena itu kami perlu mengimbau kepada masyarakat agar mematuhi aturan lalulintas karena lakalantas terjadi berawal karena adanya pelanggaran lalulintas," jelas Daniel.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di NTT, antara lain melampaui batas kecepatan, lalai, tak mematuhi rambu lalu lintas, hingga tak menjaga jarak aman.

Dirlantas Polda NTT, Kombes Dedy Eka Jaya Helmi, menambahkan lakalantas yang terjadi diakibatkan oleh faktor human error, yaitu mengendarai dalam kondisi mabuk minuman keras (miras). Kemudian minimnya pengetahuan tentang berlalu lintas, termasuk kondisi jalan yang kurang baik.

"Kebiasaan dari masyarakat NTT yang sering mengonsumsi miras baru naik kendaraannya," pungkas Dedy Eka.




(dpw/dpw)

Hide Ads