Modus IWAS Diduga Telepon Ibu untuk Perdaya Korban Pelecehan Seksual

Modus IWAS Diduga Telepon Ibu untuk Perdaya Korban Pelecehan Seksual

Ahmad Viqi - detikBali
Jumat, 20 Des 2024 09:39 WIB
Ms X, salah satu korban pelecehan IWAS saat diwawancarai di Kota Mataram, Kamis (19/12/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).
Foto: Ms X, salah satu korban pelecehan IWAS saat diwawancarai di Kota Mataram, Kamis (19/12/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).
Mataram -

IWAS (22), pria difabel tersangka dugaan pelecehan seksual terhadap MA, mahasiswi di Mataram, diduga kerap menggunakan modus menelepon orang yang diduga ibunya untuk melancarkan aksi bejat tersebut. Sejauh ini, sudah ada 17 korban pelecehan IWAS yang buka suara.

Korban ke-17 sebut saja Ms X, mantan mahasiswi Universitas Mataram (Unram) asal Makassar, Sulawesi Selatan. Ms X mengisahkan kejadian yang menimpanya itu berawal dari pertemuannya dengan IWAS di Taman Udayana, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada akhir Februari 2024.

Saat itu, Ms X menaruh iba kepada IWAS yang tak punya kedua tangan. Apalagi, IWAS mengaku baru saja kehilangan sepeda motor yang dibawa kabur oleh kekasihnya. Dia lantas meminjam handphone kepada Ms X.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia diam, tapi setelah beberapa menit dia izin meminjam handphone saya. Saya kasihan saja, makanya saya kasih pinjam handphone waktu itu," kata Ms X saat diwawancarai detikBali, Kamis (19/12/2024).

IWAS lantas menyebutkan satu nomor handphone untuk ditelepon. Lantaran IWAS tidak memiliki dua tangan, Ms X pun menelepon nomor yang disebutkan tersebut. Menurut Ms X, nomor itu merupakan nomor handphone ibu IWAS.

ADVERTISEMENT

"Ternyata itu nomor ibunya. Setelah nyambung, IWAS kasih tahu ibunya ternyata perempuan yang dia cari itu tidak ada di (Taman) Udayana," kata Ms X.

Singkat cerita, setelah membantu IWAS, Ms X segera pulang ke kos karena ojek online yang dia tunggu sudah datang. Setiba di kamar kosnya yang berada di lantai dua, Ms X seketika terkejut mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Ternyata pas saya tutup pintu mau taruh tas saya, eh ada yang ketuk pintu kamar. Awalnya, saya pikir kakak saya ke kos. Eh, ternyata buka pintu, kaget saya, IWAS sudah di depan kamar saya," tutur Ms X.

Namun, saat itu Ms X belum berpikiran buruk tentang IWAS. Ms X bertanya kepada IWAS bagaimana bisa pria itu dalam sekejap berada di kosnya.

"Dia bilang memang mengikuti saya dan minta maaf. IWAS bilang cuma mau terima kasih karena saya sudah kasih meminjam handphone," cerita Ms X.

Masih di posisi yang sama, IWAS mengajak Ms X mengobrol lebih intens. Namun, Ms X tegas menolak lantaran IWS ingin berbicara berdua di dalam kamar.

"Jadi posisinya IWAS di depan pintu. Saya di dalam pintu. Saya tidak keluar kamar waktu itu. Saya buka pintunya sedikit saja," ujar Ms X.

"Dia bilang setelah itu, 'Mbak boleh nggak saya masuk ke kamar kita ngobrol-ngobrol.' Saya melarang kan. Saya bilang nggak boleh, kamar ini privasi saya. Kalau mau ngobrol ayo kita ngobrol di bawah di gazebo di halaman kos," kata Ms X kepada IWAS.

Tindakan IWAS itu sebenarnya mulai membuat Ms X gusar. Namun, mereka tetap melangsungkan obrolan di gazebo halaman kos. Kepada Mz X, IWAS memperkenalkan dirinya sebagai seorang disabilitas yang mengajar seni musik di salah satu sekolah di Kota Mataram.

"Saya jujur kaget, pergerakan Agus ini cepat banget. Kan di kos saya itu banyak kamar, jadi dia nggak mungkin cek kamar satu per satu. Ternyata memang dia buntuti saya ke kosan," kata Ms X dengan nada geram.

Ketika mengobrol di Gazebo kos Ms X, IWAS sempat pula menceritakan jika dia adalah seorang mahasiswa yang sedang berkuliah. IWAS lantas meminta pendapat Ms X tentang sosoknya.

"Di sana saya berpikir ini orang butuh support. Kebetulan waktu itu suasana kos sepi, tumben juga sepi. Kami duduk di situ. Dia suruh saya menanggapi. Saya berikan motivasi. Itu saya bicara hampir satu jam ya sama dia," beber Ms X.

Karena merasa topik pembicaraan telah habis pada perkenalan pertama dengan IWAS, Ms X pun berniat kembali ke kamar. Bahkan Ms X meminta IWAS pulang dan melanjutkan pembicaraan di lain waktu. Saat itu, Ms X pun kembali ke kamar. Ternyata, IWAS kembali membuntuti.

"Saya bilang, kalau ada waktu lain, nanti kita ngobrol ya. Saya bilang saya lagi capek," tutur Ms X ke IWAS
Setelah itu, IWAS yang masih duduk di gazebo kos Ms X pun mengucapkan selamat istirahat kepada Ms X. Tak lama setelah itu, ketika Ms X menutup pintu kamar, IWAS kembali mengetuk. Tak dinyana, kalimat yang dilontarkan IWAS seketika membuat Ms X naik pitam.

"Dia, si IWAS ini bilang 'Sebenarnya dari tadi saya sudah nafsu sama mbak.' Saya kaget dong. 'Burung saya sudah berdiri' kata dia. Di sana dia memperlihatkan burungnya sudah berdiri di dalam celana. Saya emosi kan, kamu jangan macam-macam," ungkap Ms X geram.

Bahkan, saat itu IWAS terang-terangan meminta bantuan masturbasi kepada Ms X. Bahkan, IWAS menjanjikan emas satu kotak. Mendapat permintaan tidak senonoh, Ms X tegas menolak.

"Dia bilang ke saya, 'Kalau mbak mau keluarkan air mani saya, saya akan berikan emas satu kotak.' Saya bilang, 'Kamu lebih membutuhkan emas tersebut. Saya masih bisa mencari uang saya bilang," tandas Ms X yang saat itu diliputi emosi.

Ms X pun mengancam akan mendorong IWAS ke tangga jika dia terus memaksa. Setelah ditolak keras, bukannya mundur, IWAS kembali meminta tolong untuk menelepon ibunya.

Saat itu, posisi Ms X memegang gagang pintu kamar yang setengah terbuka. Dia terpaksa menuruti untuk menelepon ibu IWAS. Ms X lantas mendengar percakapan IWAS dengan orang yang dia akui sebagai ibunya di handphone melalui speaker luar.

"Dia ngomong, dia sebut nama saya. Dia bilang 'Mak boleh nggak saya kasih mbak ini emas satu kotak yang saya simpan di rumah? Orang dalam telepon itu bilang boleh," kata Ms X.

Ms X pun makin kebingungan dengan percakapan IWAS di telepon. Setelah mematikan telepon tersebut, Ms X pun berniat menutup pintu kamarnya. Namun, IWAS menahan pintu kamar Ms X memaksa masuk.

"Dia tetap maksa untuk dikeluarkan air maninya. Dia bilang, 'Saya akan kasih emas, saya mau bantu mbak.' Saya posisi itu tetap menolak. Kalau macam-macam saya dorong ke tangga saya bilang. Di situ dia nggak puas dengan jawaban saya, akhirnya dia dorong badannya masuk ke pintu, saya tahan," beber Ms X.

Dia mengaku heran dengan kuatnya tenaga IWAS, meski tidak memiliki tangan. Beruntung, Ms X berhasil menutup pintu dan mengusir IWAS pulang.

"Sore hari mbak saya pulang saya ceritakan apa kejadian tadi. Dia menyarankan saya agar saya pindah kos," kata Ms X.

Atas kejadian tersebut, Ms X pun memutuskan untuk pindah kos hari itu juga. Bahkan, Ms X sempat merasa trauma melihat sosok Agus.

"Hari itu juga saya pindah kos. Karena pas banget kos saya mau habis kan. Saya nyaris jadi korban," tandas Ms X.

Sementara itu, Yan Mangandar selaku pendamping korban mengungkapkan Ms X telah memberikan kesaksian di penyidik Ditreskrimum Polda NTB. Ms X menjadi korban ke-17 IWAS.

"Ms X ini korban percobaan pelecehan. Dia juga kami minta untuk memberikan keterangan di penyidik," kata Yan.

Halaman 2 dari 2
(hsa/gsp)

Hide Ads