Dugaan pelecehan seksual itu kerap dilakukan IWAS di salah satu penginapan di kawasan Rembiga, Mataram, Nang's Homestay. Pemilik Nang's Homestay., Shinta, menerangkan IWAS sering datang ke penginapan tersebut dengan perempuan berbeda.
Shinta menceritakan banyak gelagat aneh dari perempuan-perempuan yang dibawa pria disabilitas tersebut. Ada yang berteriak, menangis, bahkan minta tolong.
"Yang bikin kami curiga itu kadang (perempuan) yang keluar dari kamar itu panik, terus ada yang nangis, ada yang lari terus minta tolong," kata Shinta kepada detikBali, Selasa (3/12/2024).
"Masih ada saksi di sini. Dia cerita ke kamar sebelah 'saya disuruh buka celananya. Saya takut katanya'," ujar Shinta menirukan kalimat perempuan tersebut.
Bawa Wanita Polos
Kendati demikian, Shinta tak dapat berbuat banyak. Pasalnya, mereka hanya penyedia jasa. Kebanyakan wanita yang dibawa ke sana masih polos.
"Sering, berganti-ganti. Kalau saya lihat juga mohon maaf ya, bukan seperti PSK, bukan. Rata-rata pakai jilbab, kelihatan masih polos. Kalau anak-anak kami nggak tahu. Saya kan nggak bisa laporkan yang begini, harus dari korban dulu. Kami hanya penyedia jasa," ujarnya.
Dalam perjalanan kasusnya, Shinta mengaku mengikuti kasus IWAS yang viral. "Saya lihat Agus ini dari wawancara seolah-olah nyari pembelaan. Dua tiga kali masuk sehari, kan itu bukan sekali. Korban (perempuan) ini kan cantik-cantik," jelasnya.
Teman Korban Sudah Tahu Tingkah IWAS
Shinta menyebut, korban IWAS lebih dari satu. Namun, korban lain dari aksi pelecehan seksual itu, belum berani melaporkan ke polisi.
"Di sini juga ada korban, tapi dia nggak berani speak up. Dia juga korban," ujar Shinta.
Menurut Shinta, korban tak mengerti cara melaporkan peristiwa yang dialaminya. Ia menyebut teman-teman korban sudah mengetahui perbuatan IWAS.
"Dia (korban) bingung mau lapor ke mana, karena sudah lama juga, tapi dia ada teman-temannya saksinya. Kayaknya masih banyak korban lain yang belum bicara," imbuh Shinta.
(dpw/gsp)