Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, Ditjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nandang Prihadi menyalahkan wartawan terkait munculnya polemik terhadap rencana penutupan Taman Nasional Komodo dari aktivitas wisata. Beberapa kali Nandang melontarkan pernyataan yang menyudutkan jurnalis.
Hal itu dilontarkan Nandang saat sosialisasi penutupan TNK di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin(19/8/2024) petang. Ia meminta wartawan fair menulis dan tidak menyulut emosi masyarakat.
"Pertama soal penutupan. Jadi tolong para wartawan, saya yakin ini banyak wartawan, tolong sedikit fair ketika nanti menulis. Jangan lagi membuat emosi masyarakat menjadi dinaikkan," kata Nandang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kembali menyudutkan media massa seusai menjelaskan tentang perbedaan penutupan terencana dan penutupan tidak terencana pada kawasan Taman Nasional. Nandang sempat kaget dengan pemberitaan media massa terhadap rencana penutupan TN Komodo, yang disebutnya tidak sesuai dengan yang dijelaskan Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga. Ia jadi curiga wartawan akan menulis berita serupa terhadap sosialisasi penutupan TNK tersebut.
"Saya waktu dapat kabar dari Pak Hengki agak kaget juga. Sama dengan bapak ibu karena baca beritanya di media massa, beritanya wah kok jadi. Saya juga curiga ini beritanya begitu lagi nanti ini," beber Nandang.
Wartawan kembali disebutnya bakal memelintir sosialisasi itu. Ini terkait dengan judul yang tertulis pada spanduk "Sosialisasi Penutupan Taman Nasional Komodo". Menurut dia sosialisasi itu terlalu cepat dilakukan karena kajiannya belum selesai. Ia pun cemas wartawan akan memelintir dalam menulis kegiatan sosialisasi itu.
"Ini sosialisasinya kecepatan, harusnya tidak sekarang. Makanya saya waktu judulnya waduh, nanti wartawan nulisnya beda lagi. Kami ngomongnya A wartawan nanti nulisnya B. Tadi kami semua sudah mendengar yang dimaksudkan Pak Hengki (nama panggilan Kepala BTNK,) adalah memberikan napas kepada TNK. Boleh 1 hari dalam 1 minggu, tadi Pak Hengki mintanya 1 hari 1 minggu," katanya.
Nandang mengatakan apa yang diberitakan media massa selama ini berbeda dengan yang disampaikan Hengki tentang konsep penutupan TNK. Menurut dia, pemberitaan media massa menghubung-hubungkan sesuatu yang sebenarnya tidak berhubungan.
Ia kemudian meminta peserta sosialisasi untuk menjelaskan ke wartawan jika muncul berita yang tidak sesuai dengan hasil sosialisasi tersebut. Pernyataan itu dilontarkannya saat menegaskan bahwa rencana penutupan TNK bukan penutupan permanen.
"Jangan lagi ada berita TN Komodo akan ditutup selama-lamanya," lanjut dia.
Nandang kembali meminta wartawan tidak memelintir acara sosialisasi tersebut. Hal itu disampaikannya sesuai membuat analogi penutupan sehari dalam seminggu TNK seperti kolam renang yang ditutup sekali seminggu untuk dibersihkan dan mengganti air.
Ia meminta wartawan memberi kesempatan kepada BTNK fokus mengelola TNK, bukan direcoki dengan berita yang disebutnya menggangu konsentrasi mereka. Karena adanya berita-berita tersebut, kata dia, Hengki akhirnya berkosentrasi menjawab pertanyaan atasnya terkait pemberitaan tersebut.
"Kalau direcoki terus dengan berita-berita yang sepeti itu akhirnya pak Hengki konsentrasinya untuk menjawab pertanyaan dari saya, pertanyaan dari Dirjen, pertanyaan dari Menteri dst-dst. Sehingga konsentrasi dia untuk mengomandani teman-teman pengelola TN menjadi berkurang," terangnya.
"Tapi perlu saya garisbawahi ini bukan penutupan permanen atau jangka panjang. Ini perlu digarisbawahi ini jangan sampai nanti ada berita-berita yang berbeda," tegas Nandang.
Wartawan yang datang meliput sosialisasi penutupan TNK itu protes terhadap rentetan pernyataan Nandang yang menyudutkan wartawan dalam sosialisasi tersebut. Ketua Perhimpunan Wartawan Manggarai Barat Marselinus Pahun menegaskan wartawan tidak pernah memelintir pernyataan Hengki maupun narasumber lain tentang rencana penutupan.
"Saya dengar dari tadi menyindir peristiwa atau kekacauan ini karena berita teman-teman media. Kami tidak pernah mengarang-ngarang apa yang dikatakan. Tolong itu ditarik pernyataannya dan kami bukan provokator di sini. Apa yang kami tulis itu yang dikatakan Pak Hengki," tegas Chelus.
"Kalau anda tidak puas tanyakan kepada Pak Hengki apakah dia mengatakan itu atau tidak. Begitu juga teman-teman lain. Teman-teman pelaku pariwisata kami wawancara, kami tidak pelintir, apa yang ditulis itu yang dia katakan," lanjut dia.
Nandang Minta Maaf
Nandang langsung meminta maaf atas pernyataannya yang menyinggung wartawan. Permintaan maaf disampaikannya secara terbuka saat sosialisasi sedang berlangsung. Ia juga mencabut semua pernyataannya yang mendiskreditkan wartawan.
"Mohon maaf, saya secara jantan meminta maaf khususnya kepada Om Marselus dan para wartawan yang hadir. Tidak ada niatan apapun untuk mendiskreditkan satu pihak di sini. Justru kami ingin membangun dialog tadi. Tadi ada ungkapan-ungkapan saya yang mungkin tidak pas diterima oleh rekan-rekan, dengan ini saya cabut," ujar Nandang.
"Jadi tidak ada niatan apapun untuk mendiskreditkan wartawan maupun para pihak yang hadir. Sekali lagi saya mohon maaf. Apa yang saya katakan tadi saya nyatakan tidak tepat dan saya cabut," tandas Nandang.
Hengki juga meminta maaf. Hengki mengatakan tidak ada yang salah dengan isi berita yang ditulis wartawan terhadap pernyataannya tentang rencana penutupan TNK. Ia hanya menyoroti judul beritanya.
"Saya menyampaikan permohonan maaf, tadi saya menyampaikan bahwa memang judulnya itu memang, kayak gini judulnya (tema sosialisasi), tapi di dalam, isinya, teman-teman secara clear menyampaikan apa yang saya sampaikan," kata Hengki.
(dpw/dpw)