Seorang anggota TNI asal Bali, Serda I Gede Didin Saputra, meninggal saat bertugas di Sorong, Papua. Dia meninggal diduga karena kekerasan benda tumpul. Tanda kekerasan itu disebut berada di ulu hati.
"Hasil sementara meninggal karena kekerasan benda tumpul di ulu hati," terang ayah mendiang Didin, I Komang Sudiasa, saat dihubungi detikBali, Senin (22/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal, keluarga curiga dengan kematian Didin yang dinilai tidak wajar. Sudiasa mengungkapkan banyak luka lebam pada jenazah anaknya.
tni
"Keputusan saya sebagai ortu (orang tua) karena mayatnya banyak lebam jadi saya putuskan untuk autopsi," ungkap Sudiasa saat dihubungi detikBali, Senin (22/07/2024).
Jenazah Serda Didin telah diautopsi di RSUP IGNG Ngoerah pada pekan kedua Juli. Humas RSUP IGNG Ngoerah Ida Ayu Andini membenarkan autopsi tersebut. Namun, hasilnya belum bisa dipublikasikan.
"Mohon maaf semua data masih di bawah kendali Pom (Polisi Militer) untuk proses penyidikan," ujar Andini saat dikonfirmasi detikBali, Senin.
Diketahui, Serda Didin meninggal pada Sabtu (7/07/2024) sekitar pukul 23.30. Kabar duka ini disampaikan oleh Kapten Boy, Komandan Kompi (Danki) mendiang Serda Didin kepada Sudiasa.
"Iya ditelepon WhatsApp. Tahu dari Danki Kapten Boy," beber Sudiasa.
Didin dilantik di Depo Pendidikan Latihan dan Pertempuran (Dodiklatpur) Resimen Induk Kodam (Rindam) IX/Udayana di Pulaki pada Senin (3/06/2024). Tak berselang lama, Didin bertolak ke Surabaya.
Perjalanan Didin ke Papua berlangsung pada Kamis (6/06/2024). Dia tiba di Yonif 762/VYS Kodam XVIII/Kasuari, Papua, menggunakan kapal laut pada Jumat (14/06/2024).
"Tanggal 6 Juni berangkat naik kapal laut dari Surabaya ke Papua, tanggal 14 (Juni 2024) sampai di Batalion 762/ VYS Sorong," terang Sudiasa.
Mengeluh Demam dan Sakit Perut
Sudiasa menerangkan berdasarkan informasi yang dia terima, Serda Didin pertama kali mengeluhkan demam disertai sakit perut pada Minggu (30/06/2024). Dia sempat mendapat perawatan di klinik batalion.
Dia dirawat selama beberapa hari lantas diperbolehkan kembali ke baraknya pada Rabu (3/07/2024). Sore harinya, penyakit Serda Didin kembali kumat.
Lantaran kondisinya yang makin memburuk, dia kemudian dibawa ke RSUD Sele Be Solu pada Minggu (7/07/2024). Namun, sekitar pukul 23.30 Serda Didin mengembuskan napas terakhirnya.
"30 Juni (2024) dia bilang sakit panas dan mencret dirawat di klinik batalion. Tanggal 3 Juli (2024) siang balik ke barak tanggal 3 Juli sore kumat lagi dibawa ke RS Herlina tanggal 7 Juli drop dibawa ke RS Sele Be Solu tanggal 7 (Juli) jam 23.30 sudah meninggal," pungkas Sudiasa.
Ayah Serda Didin Jalani Pemeriksaan Denpom
Sudiasa telah melaporkan peristiwa meninggalnya Didin ke Detasemen Polisi Militer (Denpom) IX/3 Denpasar. Sudiasa menjalani pemeriksaan atas laporan tersebut pada Senin hari ini.
Sudiasa mengungkapkan pemeriksaan itu berlangsung selama satu jam.
"Sekarang tiang (saya) masih BAP di Denpom," ungkap Sudiasa, Senin (22/07/2024) siang.
Sejumlah pertanyaan dilontarkan oleh penyidik Denpom Denpasar, Pomdam IX/Udayana kepada dirinya. Mulai dari autopsi, hingga percakapan WhatsApp mendiang Serda Didin kepada rekannya.
"Tadi satu jam ditanya tentang autopsi dan chat almarhum yang ada di HP-nya ke teman dan pembina," ujar Sudiasa.
Sudiasa tak dapat berbicara banyak terkait laporannya tersebut. Pasalnya, dia akan membeberkan lebih rinci seusai adanya hasil autopsi final terhadap jenazah Serda Didin.
(hsa/gsp)