Polisi belum berhasil menangkap Engelbertus Lowa Soda (27), seorang frater atau calon pastor yang mencabuli tujuh siswa laki-laki di Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang buron sejak 21 Januari 2024. Engelbertus sebelumnya tak ditahan oleh penyidik Polres Ngada setelah ditetapkan sebagai tersangka pada Agustus 2023.
Kasat Reskrim Polres Ngada AKP I Ketut Setiawan menjelaskan penyidik tak menahan Engelbertus karena tersangka mengaku mau bunuh diri jika ditahan. Selain itu, Engelbertus bersikap kooperatif selama pemeriksaan.
Engelbertus hanya wajib lapor. Selama wajib lapor itu, Engelbertus kooperatif dengan penyidik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tersangka memberi keterangan kooperatif, pertimbangan kedua dia punya rumah di sini, ketiga kami mempertimbangkan dia mau bunuh diri itu, namanya psikis begitu," ungkap Setiawan, Selasa (27/2/2024).
Suatu hari setelah ditetapkan tersangka, Engelbertus dan orang tuanya menemui Setiawan. Mereka memohon agar Engelbertus tak ditahan.
Saat itu Engelbertus memohon sambil menangis di hadapan Setiawan agar tak menahannya. Setiawan memenuhi permintaan itu karena Engelbertus menunjukkan sikap kooperatif, juga mencegah dia bunuh diri.
Saat itu, Setiawan memberikan hukum kepada Engelbertus tentang pentingnya sikap kooperatif dan pentingnya memberikan keterangan yang tidak berbelit-belit. "Bertemu saya dengan orang tuanya. Dia nangis minta tolong tidak ditahan," ujar Setiawan.
Setelahnya Engelbertus memang kooperatif selama wajib lapor. Namun pada 29 November 2023, ia melarikan diri. Setiawan mengatakan Engelbertus melarikan diri setelah diminta untuk menjalani pemeriksaan psikologis sebelum diserahkan untuk tahap pertama (P-19) ke Kejari Ngada.
"Begitu dari jaksa P-19 untuk dilakukan pemeriksaan psikologis, dihubungi Ibu Kanit nyambung, begitu besoknya tidak datang. Dua hari pencarian informasi tidak ada, pindah-pindah. Akhirnya kami keluarkan DPO," jelas Setiawan.
Ia melanjutkan selama mencari Engelbertus, pihaknya sudah berkoordinasi dengan keluarga pelaku. Namun ada kesan Engelbertus dilindungi.
"Kami lakukan pendekatan seakan-akan dilindungi. Ganti- nomor hp," ujar Setiawan.
Sebelumnya, Engelbertus mencabuli LMF dan enam korban lainnya saat menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di sebuah SMP di Ngada dengan modus pemeriksaan kesehatan. Engelbertus saat itu bertugas di poliklinik asrama sekolah. Di sana dia memeriksa kesehatan siswa yang sakit. Saat itulah Engelbertus mencabuli LMF hingga dua kali.
Engelbertus ditugaskan di poliklinik walaupun tidak memiliki keahlian medis. Saat memberi keterangan kepada penyidik Polres Ngada sebelum kabur, Engelbertus mengaku tak meresepkan obat kepada kepada siswa yang mendatangi poliklinik itu.
Engelbertus melakukan pencabulan terhadap LMF sebanyak dua kali, yakni Agustus 2022 dan September 2022. Aksi mesum sesama jenis oleh Engelbertus itu dilaporkan ke Polres Ngada oleh keluarga korban pada 22 April 2023. Polisi menyebut Engelbertus memiliki kelainan seksual.
(nor/hsa)