Ternyata Main Flying Fish yang Tewaskan Turis Jepang Tak Direkomendasikan

Ternyata Main Flying Fish yang Tewaskan Turis Jepang Tak Direkomendasikan

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 24 Agu 2023 08:59 WIB
Flying Fish Tanjung Benoa
Foto: Wahana flying fish (Alfonso giostanov/d'Traveler)
Denpasar -

Wahana wisata bahari (watersport) flying fish rupanya tidak direkomendasikan lantaran risikonya tinggi. Sebelumnya, seorang turis Jepang, Kikuchi Satoshi (60) tewas setelah terjatuh saat bermain flying fish di Pantai Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali.

"Flying fish ini menjadi salah satu olahraga yang tidak direkomendasikan oleh tour agent Jepang," tutur Ketua Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (Gahawisri) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Rabu (23/8/2023).

Jetski-Banana Boat Tunggal juga Dilarang

Agung menjelaskan selain flying fish, biro wisata Jepang juga melarang wisatawan dari Negeri Sakura naik jetski tanpa instruktur dan banana boat tunggal. Olahraga air tersebut dianggap berbahaya karena bisa mengakibatkan leher patah jika terjadi kecelakaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agung Partha menduga Satoshi naik flying fish secara mandiri. Sebab, biro wisata Jepang tidak menjual layanan olahraga air tersebut.

Menurut Agung Partha, Bali Coral Dive & Water Sport -pengelola flying fish- telah menerapkan prosedur operasi standar (SOP) saat Satoshi jatuh dari flying fish dan meninggal. Penyebab jatuhnya wisatawan Jepang saat naik flying fish adalah angin kencang yang mendadak.

ADVERTISEMENT

Gahawisri Bali, Agung Partha melanjutkan, akan melakukan evaluasi agar insiden tersebut tidak terulang kembali. Misalkan, membatasi wisatawan yang ingin bermain flying fish dari segi umur.

Penyebabnya Diduga Faktor Alam

Faktor alam diduga turut menjadi penyebab seorang turis Jepang Kikuchi Satoshi mengalami kecelakaan hingga tewas saat bermain flying fish. Ia sebelumnya menikmati wahana air itu di Bali Coral Dive & Water Sport, Kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

"Nah, penyebab kecelakaan itu, ya salah satunya mungkin adalah karena faktor alam ya," kata Kabid Polda Bali Kombes Jansen Avitus Panjaitan kepada wartawan, Rabu.

Menurut Jansen, flying fish merupakan salah satu permainan yang cukup berisiko. Olah raga air ini memang biasanya digemari oleh orang-orang yang cukup bernyali.

Polda Imbau SOP Ketat

Karena itu, Jansen mengimbau kepada pelaku usaha atau pelaku pariwisata yang menawarkan permainan-permainan yang berisiko harus benar-benar menerapkan SOP. Kemudian, wisatawan yang menikmati wahana berisiko tersebut juga diminta untuk menjaga keselamatan diri.

"Bagi yang memainkan itu juga ya harus menjaga keselamatan dirinya sendiri, harus berhati-hati, mungkin pegangannya harus kuat," terang mantan Kapolresta Denpasar itu.

Pada saat terjadi kecelakaan WN Jepang tersebut, operator sebenarnya dinilai sudah menerapkan SOP. Salah satunya baju pelampung. Kemudian, turis juga didampingi oleh pemandu.

"Tapi karena mungkin pas lagi berjalan ada empasan ombak terpental ya sehingga tidak bisa dihindari hal tersebut," ungkap Jansen.

Jansen menegaskan bahwa Direktorat Intelijen Keamanan (Ditintelkam) Polda Bali sudah berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Jepang dan pihak keluarga mengenai pemulangan jenazah WN Jepang itu. Namun pemulangannya masih menunggu informasi lebih lanjut.

"Mungkin masih menunggu konsulat, mungkin jadwal pesawat dan seterusnya," tutur Jansen.

Murni Kecelakaan

Polda Bali mengambil kesimpulan sementara Kikuchi Satoshi tewas murni akibat kecelakaan. Dugaan itu muncul karena operator turut terhempas pada saat kejadian.

"Karena pada saat kejadian, operator juga terempas juga. Bukan hanya kedua korban," kata Jansen.

Menurut Jansen, sebenarnya terdapat dua orang korban dalam dugaan kecelakaan permainan flying fish tersebut. Saat itu, Kikuchi Satoshi terjatuh bersama anaknya yang berusia 15 tahun bernama Kikuchi Haruki.

"Korbannya kan ada dua, ayah dan anak, dan si operator juga itu juga terhempas pada saat itu. Tapi ya syukur karena mungkin dia (operator) sudah biasa atau pas tekniknya sudah benar sehingga tidak terlalu fatal bagi dia," ucap Jansen.

Keluarga Menolak Autopsi

Sementara itu, keluarga Satoshi menolak jenazah diautopsi. "Mengenai autopsi awalnya sudah akan diautopsi namun belakangan informasinya pihak keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi," kata Jansen.

Menurut Jansen, penyidik sudah menyiapkan rencana autopsi dan sudah berkoordinasi dengan rumah sakit. Namun saat hendak diautopsi, keluarga dari Kikuchi Satoshi menolak rencana tersebut.

Sayangnya Jansen tak merinci alasan keluarga dari Kikuchi Satoshi melakukan penolakan. "Ya alasannya dari pihak korban ya tidak berkenan dilakukan autopsi," terang mantan Kapolresta Denpasar itu.

Diketahui, insiden Kikuchi Satoshi tewas saat bermain flying fish terjadi pada Jumat (18/8/2023) sekitar pukul 10.00 Wita. Lokasi WN Jepang itu terjatuh tepatnya di depan pantai Grand Mirage Resort & Thalasso Bali.

Kikuchi Satoshi bermain flying fish bersama keluarganya. Pada sesi pertama driver boat bersama instruktur menarik flying fish membawa dua anak Kikuchi Satoshi selama dua putaran berdurasi waktu sekitar lima menit dan landing selamat.

Kemudian sesi kedua, driver boat dan instruktur menarik membawa Kikuchi Satoshi dan salah satu anaknya Kikuchi Haruki. Setelah 40 meter dari pantai, wahana itu tiba-tiba oleng dan miring ke kanan. Instruktur dan disusul kedua WN Jepang terlepas dari pegangan dan terjatuh sekitar tiga meter dari atas air.

Kedua WN Jepang itu segera dibawa ke darat dan diberi pertolongan awal dengan memompa dada namun Kikuchi Satoshi tetap tidak sadarkan diri. Kikuchi Satoshi kemudian dibawa ke Rumah Sakit Surya Husada namun dinyatakan telah meninggal dunia.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads