Kasus pembunuhan pelajar NMDS (16) oleh pacarnya I Kadek Juniarta di Denpasar, Bali, masih bergulir. Terungkap fakta kejanggalan status WhatsApp (WA) hingga keluarga tidak mengetahui NMDS sedang berbadan dua.
Peristiwa pembunuhan dengan cara dicekik dan dijerat selendang itu terjadi di rumah Juniarta di Jalan Gunung Batur Gang Carik III Nomor 5 Denpasar pada Selasa (7/2/2023). Juniarta membunuh pacarnya karena kesal terus dikejar-kejar untuk bertanggung jawab atas kehamilan NMDS.
NMDS sempat berpamitan kepada ayahnya GA sebelum pergi keluar rumah. Namun NMDS tidak mengatakan hendak pergi ke mana. GA pun mengizinkan anaknya pergi, tapi berpesan agar tidak pulang terlalu sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nahas, pamitan itu justru menjadi pertemuan terakhir GA dengan anak keduanya. NMDS tak kunjung pulang hingga sekitar pukul 19.00 Wita Juniarta datang ke rumah GA mengabarkan pelajar itu pingsan. Dari sanalah awal mula terungkap pembunuhan NMDS.
Kejanggalan Status WA
Selama menunggu NMDS pulang, kekhawatiran GA muncul setelah melihat statue WA putrinya sekitar pukul 14.57 Wita. Namun, GA enggan membuka isi status WA NMDS agar tidak ada kabar yang simpang siur.
"Ada status sih jam 14.57. Saya tidak berani memberikan biar pemberitaan yang ini dengan pemberitaan yang ini nggak simpang siur," kata GA di kediamannya di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Kamis (9/2/2023).
Status WA itulah yang membuatnya gelisah menunggu kepulangan NMDS. Kegelisahan juga bukan tanpa alasan. Sebab, NMDS selalu memberikan kabar jika terlambat pulang ke rumah. "Nah kegelisahan saya menunggu (karena ada status WA) itu," ungkap GA.
Setelah melihat status itu, GA mencoba menghubungi anaknya dengan berbagai cara tetapi hasilnya nihil. "Dia sudah biasa kalau dia pulangnya lambat nelpon lagi. Saya hubung-hubungi teleponnya nggak nyambung-nyambung. Saya chat di WA centang satu. Saya telepon di WA tidak nyambung. Dihubungi di telepon biasa juga nggak nyambung," tuturnya.
Status NMDS terasa janggal karena dibuat pukul 14.57 Wita, sedangkan berdasarkan penyelidikan polisi, NMDS dibunuh pacarnya sekitar pukul 13.00 Wita. Sehingga ada dugaan status itu direkayasa Juniarta. "Ketika saya lihat statusnya sudah 14.57 Wita. Janggalnya itu. Menurut penyidikan itu jam 1 sudah kejadian. Berarti dia merekayasa untuk melakukan apa, saya nggak tahu," ungkapnya.
Tak Cerita Sedang Hamil
GA mengaku tidak mengetahui putrinya tengah hamil tiga bulan. NMDS tidak pernah bercerita kepada keluarga tentang kondisi kehamilannya. "Anak saya nggak pernah bilang (hamil)," tuturnya.
Ia juga melihat NMDS beraktivitas seperti biasa, bahkan tetap ceria seperti tidak mempunyai masalah. "Saya lihat kalau dari gerak-gerik dan cara bercandanya seperti nggak ada beban," ungkap GA.
GA tidak mempermasalahkan hamil atau tidak, karena putrinya itu telah mati. "Nasi sudah menjadi bubur," ujarnya.
Kekecewaan GA ke Penyidik
Ayah pelajar SMK itu kecewa pada polisi karena tidak bisa melihat tubuh putrinya di tempat kejadian perkara (TKP). "Itulah kekecewaan saya kepada penyidik atau yang mengolah TKP. Saya sebagai orang tuanya, hak yang seharusnya saya dapatkan tidak dikasih," keluh GA.
GA menceritakan ia datang ke TKP pembunuhan bersama istri dan anaknya setelah Juniarta mengabarkan NMDS pingsan di rumahnya. Sayangnya, polisi melarang GA masuk ke TKP, padahal ia ingin melihat kondisi anaknya.
Ia pun sempat protes ke petugas karena dilarang masuk. "Sampai saya protes disaksikan warga, kenapa saya sebagai orang tua tidak diperbolehkan melihat," ungkapnya. Namun, polisi mengatakan masih dilakukan olah TKP dan dikhawatirkan justru mengganggu.
GA baru bisa melihat NMDS yang sudah tak bernyawa ketika berada di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah Denpasar. Dia pun mengelus wajah putri satu-satunya itu, yang sudah sangat dingin. "Saya pegang kepalanya, saya rasakan sudah dingin sekali," kenang GA.
(irb/gsp)