Mengenal Peta Kapanca, Ritual Penting dalam Pernikahan Adat Bima NTB

I Komang Murdana - detikBali
Kamis, 20 Nov 2025 06:30 WIB
Foto: Tata Cara Pelaksanaan Upacara Peta Kapanca Pada Masyarakat Bima, NTB (Dok. bimakota.id)
Bima -

Prosesi pernikahan adat Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal dengan Upacara Peta Kapanca. Peta Kapanca adalah satu di antara delapan prosesi pernikahan adat Suku Bima yang sangat penting.

Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari pernikahan yang melibatkan sembilan orang laki-laki dan perempuan. Dalam pelaksanaannya akan dibacakan doa Ziki Kapanca.

Perlu diketahui, bahwa doa ziki kapanca diterapkan saat Islam baru masuk ke Bima dan menjadi agama resmi di sana. Sebelum itu, hanya dilakukan doa memohon kelancaran sebelum melaksanakan upacara ini. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Bima telah mengalami akulturasi budaya dan tradisi terhadap warisan nenek moyang mereka.

Berikut detikBali telah merangkum tentang sejarah, makna, dan prosesi pelaksanaan upacara Peta Kapanca. Informasi ini dilansir dari skripsi yang ditulis oleh Kamaludin (2022) yang berjudul Tradisi Upacara Peta Kapanca Dalam Proses Pernikahan Di Desa Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.

Sejarah Upacara Peta Kapanca

Upacara Peta Kapanca awalnya hanya dilakukan di Kesultanan Bima. Seiring berjalanya waktu, tradisi ini mulai menyebar di seluruh desa yang masuk dalam kawasan Kesultanan Bima. Peta Kapanca merupakan bagian dari prosesi pernikahan adat Bima yang sudah ada sebelum Islam masuk.

Pada awalnya, masyarakat Bima menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang disebut makamba dan makimbi. Ini adalah keyakinan terhadap cahaya dan kekuatan dalam tubuh. Pada saat itu, upacara Peta Kapanca dilakukan dengan mantra serta doa-doa tradisional sebagai bentuk penghormatan kepada kekuatan tertinggi.

Perubahan besar terjadi ketika Islam masuk ke Bima, khususnya sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Kahir (1630-1635 M). Para ulama dan raja melakukan akulturasi (percampuran antara dua atau lebih budaya) pada upacara Peta Kapanca dengan memasukkan ajaran Islam ke dalam pelaksanaan ritual ini.

Dalam prosesi peta kapanca, mantra-mantra lama diganti dengan bacaan basmallah, doa keselamatan, dan lantunan zikir yang dikenal sebagai zikir kapanca. Zikir kapanca berisi syair Islam sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Akulturasi ini dilakukan tanpa menghilangkan makna dari pelaksanaan upacara itu.



Simak Video "Berkeliling Pulau Tak Berpenghuni Gili Bintang dengan Berlari Singkat di Lombok "

(nor/nor)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork