Bali memiliki beragam tradisi yang disakralkan oleh masyarakatnya. Tradisi dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu yang dipercaya masyarakat setempat.
Di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, tersimpan sebuah tradisi sakral yang disebut Ngemumu. Yuk simak penjelasan mengenai tradisi ini.
Mengenal Tradisi Ngemumu
Ngemumu adalah tradisi pembersihan niskala (spiritual) yang dilaksanakan oleh kaum pria dari 14 banjar adat di Desa Adat Manggis. Para peserta mengikat daun kelapa kering (danyuh) menjadi obor yang disebut mumuan.
Mereka kemudian diarak beriring-iring di jalan desa menuju setra atau kuburan desa yang dianggap sebagai tempat leluhur berkumpul. Tradisi ini diadakan sehari menjelang upacara besar seperti Usaba Dalem dan berkaitan erat dengan pelaksanaan Nyepi Adat.
Praktik ini sudah ada secara turun-temurun di Manggis. Waktu pelaksanaannya ditetapkan setiap Tilem Sasih Kedasa, yakni bulan purnama ke-10 dalam kalender Bali, sekitar satu bulan setelah Nyepi.
Makna Filosofi
TradisiNgemumu dilaksanakan berkaitan dengan konsepnyomiabhuta kala, yakni menetralisir unsur-unsur jahat atau gangguan sekala niskala yang diyakini bisa mempengaruhi kehidupan manusia, lingkungan dan keseimbangan alam. Api obor melambangkan unsur pembersihan,luruhnya daun kelapa kering berarti melepaskan dan membuang unsur negatif. Proses berjalan kaki bersama obor menjadi simbol kepercayaan bersama masyarakat dalam menjaga desa dan lingkungan mereka agar tetap suci dan aman.
Tujuan Diadakannya Tradisi Ini
Dipercaya tradisi ini dapat menjaga kebersihan spiritual dan lingkungan Desa Manggis. Dengan membakar obor dan menggelar arakan, warga berharap agar desa terhindar dari malapetaka, penyakit, gangguan tak kasat mata, dan agar harmoni dunia nyata dan dunia tak kasat mata tetap terjaga. Selain itu, tradisi ini memperkuat solidaritas antar-banjar dan identitas kolektif masyarakat adat melalui ritual bersama.
Proses Tradisi
Proses pelaksanaan Ngemumu dimulai pada sore hari saat petang hari tiba. Para lelaki berkumpul di tiap banjar untuk mulai mempersiapkan obor mumuan yang terdiri dari bambu panjang dengan lilitan daun kelapa kering, daun andong, dan dekorasi bambu.
Setelah itu mereka berjalan beriring-iring dari titik kumpul menuju Pura Dalem atau setra desa sambil membawa api obor. Sesampainya di Pura Dalem, obor diletakkan dan dinyalakan bersama-sama, kemudian seluruh peserta mengelilingi lokasi suci sebagai bagian dari pengusiran dan pemurnian. Setelah ritual selesai, acara dilanjutkan dengan doa bersama dan persembahyangan di pura setempat.
Simak Video "Festival Tirta Gangga Tampilkan Parade Budaya Bali Timur"
(nor/nor)