Legenda Bukit Babi Gemuk, Kisah Tiga Anak Yatim dan Keajaiban di Tanah Timor

I Komang Murdana - detikBali
Rabu, 29 Okt 2025 07:30 WIB
Foto: Bukit Babi Gemuk atau Fafinesu Timor Tengah Utara, NTT. (Tangkap Layar Google Maps/Murdana/2025)
Timor Tengah Utara -

Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), menyimpan banyak kisah rakyat yang masih hidup di tengah masyarakat hingga kini. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda Bukit Babi Gemuk atau yang dalam bahasa lokal disebut Bukit Fafinesu.

Penyematan Babi Gemuk pada sebuah bukit, bukan tanpa sebab. Ini sangat berkaitan dengan kisah tiga orang anak saudara kandung yatim piatu yang rindu akan kasih sayang orang tuanya.

Lalu, bagaimana bisa sampai memberikan nama Babi Gemuk pada sebuah bukit? Simak legenda di balik penamaan Bukit Babi Gemuk berikut ini. Cerita ini dirangkum dari Buku karya Rouf & Ananda (2013) yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: Dari Sabang Sampai Merauke.

Legenda Bukit Babi Gemuk

Pada zaman dahulu di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), hidup tiga orang anak saudara kandung yatim piatu. Anak paling tua bernama Saku dan kedua adiknya bernama Abatan dan Seko. Sejak kecil mereka dirawat oleh sang nenek karena kedua orang tuanya sudah meninggal.

Nenek sangat sayang kepada ketiga cucunya. Namun, rasa sayang ini tidak bisa dirasakan lebih lama oleh mereka. Pada saat Seko berusia dua tahun, nenek jatuh sakit. Tidak lama kemudian, nenek meninggal dunia.

Sejak saat itu, mereka hidup bersama tanpa bantuan siapapun. Saku sebagai kakak berusaha keras untuk menghidupi kedua adiknya. Meski terasa berat, Saku tetap menjalaninya dengan lapang dada. Dia harus selalu tegar di depan kedua adiknya yang masih kecil.

Bahkan, Saku berbohong ketika sang adik bertanya tentang keberadaan kedua orang tuanya. Ia selalu mengatakan bahwa kedua orang tuanya sedang pergi jauh. Namun usaha tersebut tidak selalu berhasil untuk menenangkan kedua adiknya yang rindu dengan kedua orang tuanya.

Pada suatu malam, sang bungsu Seko tidak bisa tidur karena merindukan kedua orang tuanya yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Melihat sang adik belum tidur, Saku kemudian membacakan dongeng dan tidak lama akhirnya Seko tertidur pulas. Saku merasa sedih melihat apa yang dirasakan Seko. Untuk menghibur hatinya, Saku kemudian pergi ke sebuah bukit yang tidak jauh dari rumah mereka.

Sesampainya di bukit itu, Saku dikejutkan dengan sebuah suara yang menyuruhnya untuk membawa kedua adiknya ke bukit itu. Saku pun penasaran dengan suara itu, ia menelusuri bukit, tetapi tidak menemukan siapapun. Ia pun duduk menatap langit sambil berkata di hati kecilnya "aku rindu ayah dan ibu". Di tengah kesunyian, kembali terdengar suara asing yang mengatakan "kamu akan ketemu dengan kedua orang tuamu dengan syarat, kamu harus membawa seekor ayam jantan merah".

Mendengar suara itu, Saku kembali pulang dengan perasaan bahagia. Sesampai di rumah ia menceritakan hal itu kepada kedua adiknya. Pada tengah malam, Saku membawa Abatan dan Seko ke bukit tersebut. Tidak lupa Saku juga membawa seekor ayam jantan merah ke sana. Sesampainya di bukit tersebut, Saku lalu berteriak "aku sudah membawa kedua adikku dan ayam jantan merah yang kau minta. Lalu mana kedua orang tuaku?".

Tidak lama setelah itu, ketiga anak ini melihat bayangan kedua orang tua mereka. Saku, Abata, dan Seko langsung berlari memeluk kedua sosok orang tuanya. Mereka pun menangis tersedu-sedu sambil mengungkapkan rasa rindu kepada kedua orang tuanya. Tak lama sang ayah mengajak ketiga anaknya serta istrinya untuk pergi ke dasar jurang.

Sesampainya disana, ayah menyuruh Saku untuk menyembelih ayam jantan merah yang di bawa. Darah ayam pun bercucuran dengan deras dan jatuh ke tanah. Keanehan pun terjadi, darah yang jatuh ketanah tiba-tiba berubah menjadi dua ekor bayi babi yang sangat gemuk. Hal ini pun membuat Saku heran dan bertanya kepada kedua orang tuanya. "Untuk apa kedua babi ini ayah?" kata Saku.

Ayahnya pun menjawab "Babi ini merupakan wujud rasa syukur karena mereka diberikan kesempatan untuk bertemu lagi". Ayahnya juga berpesan untuk merawat merawat bayi babi ini dengan penuh kasih sayang. Mendengar perkataan ayahnya, Saku pun menyanggupi hal tersebut.

Kemudian mereka berpisah dan Saku bersama kedua adiknya membawa kedua bayi babi itu kerumah untuk dirawat dengan sepenuh hati. Sejak saat itu, keturunan dari ketiga anak yatim piatu ini selalu menjadikan babi sebagai hewan peliharaan mereka.

Untuk mengenang peristiwa pertemuan sebelumnya, bukit tersebut kemudian diberi nama Bukit Fafinesu. Fafinesu sendiri memiliki arti babi gemuk. Hal ini berkaitan dengan dua ekor babi gemuk yang mereka dapatkan ketika berjumpa kedua orang tuanya di bukit tersebut.

Lokasi Bukit Babi Gemuk

Bukit ini berlokasi di Desa Fafinesu, Kecamatan Insana Fafinesu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT. Jika kamu ini berkunjung ke bukit ini, dari pusat kota Kefamenanu, perjalanan yang akan ditempuh sekitar 47 menit menggunakan sepeda motor atau mobil.

Perbukitan ini tidak jauh dari pemukiman warga. Jika ini menaiki bukit ini disarankan untuk meminta petunjuk kepada masyarakat setempat agar bisa mengetahui hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di bukit Babi Gemuk atau Fafinesu.



Simak Video "Rasakan Semangat Bersama Dalam Tarian Bonet di Nusa Tenggara Timur"

(nor/nor)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork