Lawas merupakan akar dari kesenian dan tradisi, baik seni musik, tari, maupun adat-istiadat yang berkembang dalam masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kebudayaan Lawas ini dapat kamu jumpai di Kabupaten Sumbawa.
Lawas juga disebut sebagai puisi lisan tradisional masyarakatSumbawa. Pertunjukan Lawas dapat ditampilkan di atas panggung atau pada saat orang sedang bekerja di sawah, ladang, gotong royong, mengasuh anak, upacara adat, dan saatkarapan kerbau.
Lawas disampaikan secara turun temurun dari mulut ke mulut kepada anak cucu. Tidak jarang, lawas dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan tentang nilai-nilai kehidupan. Meski tergolong dalam vokal tradisional, para pelaku (penutur) lawas dapat berkomunikasi dengan penontonnya dengan sangat baik. Dalam pertunjukannya lawas bisa dimainkan oleh satu orang dan dimainkan dua orang yang disebut balawas.
Perlu diketahui, Lawas bukan hanya sekedar hiburan semata, tetapi juga media untuk berkomunikasi kepada orang lain untuk menyampaikan pesan, nilai, serta moral kehidupan. Berikut ini 5 Fungsi Lawas dalam masyarakat sumbawa. Informasi ini dirangkum dari penelitian mawarni (2022) yang berjudul Analisis Fungsi Dan Makna Lawas (Puisi Tradisional) Masyarakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
Lawas Sebagai Penanda Waktu
Melihat dari sudut pandang waktu penyampaian, Balawas dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Dalam pembagian waktu ini Temung memiliki peran penting dalam menentukan waktu atau ulan. Lawas ulan memiliki lima jenis, yaitu Lawas Ulan Shubuh, Lawas Ulan Siup, Lawas Ulan Panas Ano, Lawas Ulan Rawi Ano, Lawas ulan Petang.
Dari kelima jenis lawas ini memiliki syair puisi yang berbeda beda dalam penyampaiannya, yaitu
• Lawas Ulan Shubuh (disampaikan pada waktu subuh dengan nada dan tempo yang lembut. Biasanya disampaikan pada pukul 03.00-05.00). Berikut ini adalah contohnya
Ngungku mo kau we ayam
Lema ku to rua subuh
Les ano ngasih mo ate
Terjemahan
Berkokoklah kau wahai ayam
Cepat kita tau waktunya subuh
Keluar matahari tenanglah hati
• Lawas Ulan Siup (disampaikan pada pagi hari saat petani akan ke ladang atau sawah. Biasanya disampaikan pada pukul 08.00-11.00). Berikut ini adalah contohnya
Yamu buya ijo godong
Puin balemar ke ai
Ta pola adal nenrang jong
Terjemahan
Kau harapkan hijau daun
Pohon yang penuh dengan air
Ini karena embun yang menetes
• Lawas Ulan Panas Ano (disampaikan pada siang dengan tempo lagu yang tinggi. Biasanya disampaikan pada pukul 11.00-15.00). Berikut ini adalah contohnya:
Kubalangan panas ano
Kutendung poto paruma
Sabar adi nonda jangi
Terjemahan
Ku berjalan di terik mentari
Berpayung kain baju
Sabarlah adinda kita tiada nasib
• Lawas Ulan Rawi Ano (disampaikan pada sore hari saat petani akan pulang dari ladang atau sawah dengan irama yang sendu. Biasanya disampaikan pada pukul 15.00-20.00). Berikut ini adalah contohnya:
elam mo ano pangawan
Ku buya mega kaseang
Sai po no rusak ate
Terjemahan
Tenggelamlah matahari di awan
Kita cari mega kaesang
Siapa yang tidak sakit hati
• Lawas ulan Petang (disampaikan pada malam hari dengan irama yang sangat lembut. Biasanya disampaikan pada pukul 20.00-24.00). Berikut ini adalah contohnya:
lawas ulan petang.
Tengah petang mo rua ee....
Aku no poka ku tunung
Dengan ku boe mo baripi
Terjemahan
Sudah tengah malam
Aku belumlah tidur
Temanku sudah pada bermimpi
Lawas Sebagai Sarana Pendidikan
Seringkali lawas dijadikan media untuk memberikan pengajaran secara informal kepada masyarakat. Lawas yang digunakan sebagai sarana pengajaran biasanya mengandung pendidikan spiritual, emosional, dan moral. Lawas juga menjadi sebuah motivasi dan penyemangat untuk selalu terus belajar. Berikut contoh lawas yang digunakan sebagai sarana pendidikan.
sai sate bakalako
laga mo rajin balajar
ilmu balong de tu dapat
Terjemahan
Siapa yang ingin sukses
Rajin la belajar
Ilmu bermanfaat yang akan didapat
Lawas Sebagai Identitas
Lawas selain sebagai penanda waktu, juga sebagai identitas yang melekat dalam kehidupan masyarakat Sumbawa. Lawas dijadikan sebagai media ekspresi yang menggambarkan karakter Suku Samawa dalam menjalankan kehidupan. Maka tidak heran jika lawas menjadi sebuah kebanggan bagi masyarakat Sumbawa.
Lawas sering ditampilkan oleh masyarakat dengan maksud memperlihatkan jati diri melalui setiap tutur yang diucapkan. Ini berfungsi sebagai ajakan, peringatan dan pemberitahuan kepada masyarakat untuk membangun tanah Sumbawa, karena pembangunannya merupakan tanggung jawab bersama bagi masyarakat Sumbawa.
Lawas Sebagai Sarana Dakwah
Masyarakat Sumbawa terkenal akan ke religiusan yang bernuansa Islam. Ini dapat kita lihat melalui teks-teks lawas yang bernuansa agama dan alat musik rebana. Di kalangan orang tua beberapa teks lawas memiliki nilai sakral dan emosional seperti lawas pamuji yang berisikan ajaran-ajaran agama Islam. Berikut teks lawas pamuji.
Kusamula ke bismilla
Kusasuda ke wasalam
Nanke salamat parana
Terjemahan
Kumulai dengan bismilah
Kuakhiri dengan wasalam
Semoga aku selamat
Lawas Sebagai Hiburan
Fungsi pertunjukan lawas yang paling utama menurut masyarakat Sumbawa adalah sebagai hiburan. Hampir semua lapisan masyarakat suka dengan pertunjukan lawas. Di kalangan anak muda, pertunjukan lawas yang paling disukai adalah tentang kisah cinta atau kata kata cinta yang disampaikan dengan puitis. Sedangkan di kalangan orang tua lebih menyukai pertunjukan lawas yang bernuansa moral, keagamaan, dan yang mengandung informasi.
Pertunjukan lawas tidak perlu memerlukan orang banyak dan bisa dilakukan oleh dua orang saja. Pertunjukan ini dapat dipentaskan di dalam rumah atau halaman rumah, penonton dan pemain duduk berdekatan atau saling berdampingan. Dengan begitu kesan hiburannya akan semakin kuat karena tidak ada jarak antara pemain dan penonton sehingga bisa saling melempar lelucon.
Simak Video "Video Lawas Jadi Mesin Waktu di Tangan Albiansyah"
(nor/nor)