Lombok memiliki julukan sebagai 'Pulau Seribu Masjid'. Julukan tersebut bukan tanpa alasan, karena mayoritas masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) beragama Islam. Jadi, masjid dan mushola sangat mudah untuk ditemukan di pulau ini.
Bangunan masjid yang ada di Lombok memiliki arsitektur yang beragam. Mulai dari modern hingga arsitektur bangunan yang masih terbilang kuno atau tradisional.
Di Lombok terdapat masjid yang bangunannya masih tradisional, seperti Masjid Kuno Bayan Beleq, Masjid Kuno Al Falah Songak, Masjid Karang Bayan, Masjid Rambitan, Masjid Kuno Salut dan Masjid Kuno Gumantar. Berdirinya masjid kuno ini, tidak terlepas dari sejarah masuknya agama Islam ke Pulau Lombok pada abad ke-16.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, komposisi dari bangunan masjid ini berasal dari alam, seperti atap masjid yang terbuat dari tumbuhan ilalang, pondasi dari tanah langsung, dan dinding yang terbuat dari susunan kayu. Hingga sekarang masjid ini dilestarikan dan dijaga nilai sejarahnya oleh masyarakat setempat. Perlu diketahui, masjid kuno yang ada di pulau lombok hanya difungsikan untuk perayaaan keagamaan dan situs bersejarah, bukan tempat ibadah rutin.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang masjid kuno yang ada di Lombok, mari simak secara seksama ulasan berikut ini.
Masjid Kuno Bayan Beleq
![]() |
Masjid Kuno Bayan Beleq berlokasi di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Masjid ini merupakan masjid yang pertama kali di bangun di tanah Lombok. Masjid ini merupakan salah satu bukti penting pada masa awal perkembangan Islam di Lombok.
Sejarah berdirinya masjid ini memiliki banyak versi, ada yang mengatakan dibangun oleh penghulu yang bernama Titi Mas Penghulu, orang pertama memeluk Islam di Bayan.
Versi lainnya mengatakan masjid ini dibangun oleh Syeh Gaus Abdul Razak pada abad ke-16.
Masjid ini hanya digunakan saat perayaan besar umat Islam, seperti Idul Fitri, IdulAdha, Maulid Nabi dan perayaan lainnya. Keunikan masjid ini terletak dari komposisi bangunan yang dimiliki. Pondasi masjid terbuat dari batu alam yang disusun rapi dan kokoh. Memiliki tiang penyangga bangunan yang terbuat dari pohon nangka. Atap masjid yang terbuat dari susunan jerami dan anyaman bambu.
Masjid Kuno Al Falah Songak
![]() |
Masjid yang berdiri 705 tahun ini masih berdiri kokoh di Desa Keselet, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Masjid ini menyimpan berbagai misteri yang hingga sekarang belum diketahui kebenarannya. Saat di temukan oleh warga Desa Keselet, di dalam masjid terdapat sebuah benda tombak dan teks khotbah. Sampai sekarang benda ini masih disimpan di dalam masjid. Oleh masyarakat setempat, masjid ini digunakan untuk tempat beribadah sehari-hari.
Masyarakat memiliki ritual adat khusus untuk Masjid Songak ini. Ritual Bubur Beaq di peruntukan bagi masyarakat yang lahir pada safar dan akan mengambil air yang sudah didoakan di masjid pada Muharram. Adapun ada ritual Bubur Puteq yang dilaksanakan dilaksanakan dengan zikir dan doa. Dan yang terakhir adalah ritual Mulud Adat yang dilaksanakan pada saat kelahiran Rasulullah SAW.
Untuk melestarikan bangunan masjid ini, masyarakat melakukan renovasi tanpa merubah struktur asli bangunan. Seperti empat tiang penyangga yang berada dalam area masjid tidak diganti.
Masjid Kuno Karang Bayan
![]() |
Langgar Tua merupakan sebutan yang diberikan oleh masyarakat lingsar untuk Masjid Kuno Karang Bayan. Masjid ini berlokasi di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB. Langgar Tua diyakini memiliki hubungan yang erat dengan masjid Bayan yang ada di Lombok Utara.
Perlu diketahui bahwa bangunan Langgar Tua yang berdiri sekarang merupakan peradaban kedua. Meski bangunan peradaban kedua, Langgar Tua masih berlantaikan tanah dan dialasi karpet. Dinding Langgar Tua terbuat dari anyaman bambu. Serta atapnya terbuat dari tumbuhan ilalang.
Saat ini, pelayanan publik sedang merencanakan untuk melakukan renovasi, gunai sebagai daya tarik wisata religi di daerah tersebut. Dilansir dari websitelombokbaratkab.go.id.
Masjid Rembitan
![]() |
Berdirinya Masjid Rembitan tidak terlepas dari masuknya ajaran Islam Wetu Telu ke Lombok pada abad ke-16. Masjid ini berlokasi di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Berdirinya masjid ini memiliki hubungan yang erat dengan Wali Nyatok, berperan penting dalam penyebaran Agama Islam di Lombok.
Masyarakat rembitan meyakini bahwa dahulu masjid ini merupakan tempat ibadah Wali Nyatok dan sebagai tempat untuk belajar Islam. Sampai sekarang masyarakat setempat menggunakan masjid ini untuk beribadah sehari-hari.
Fakta menarik dari Masjid Kuno Rembitan ini terletak di lereng bukit dan pondasi bangunan dari tanah. Dinding dari masjid ini terbuat dari bambu yang dianyam dengan indah. Atapnya dibuat dari tumbuhan ilalang yang diikat dengan akar gantung. Di Bagian dalam masjid terdapat empat tiang utama untuk menopang bangunan dan tiga puluh tiang kecil sebagai pendukung setiap sisi.
Masjid Kuno Salut
![]() |
Masjid Kuno Salut berlokasi di Desa Selengen, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Halaman Masjid Salut cukup luas dan terdapat makam tokoh penyebar Agama Islam di Desa Selengen.
Sama seperti masjid kuno lainya, komposisi dari pembuatan masjid ini berasal dari alam, seperti bambu, kayu, hingga tumbuhan ilalang. Bahan ini akan dibentuk, ada yang menjadi dinding, tiang penyangga dan atap masjid. Selain itu, terdapat ornamen berbentuk kepala naga di atas mimbar yang membuat masjid ini memiliki ciri khasnya tersendiri.
Masjid Kuno Gumantar
![]() |
Sejarah dari masjid ini sangat erat kaitanya dengan Sunan Pengging yang datang ke Lombok pada tahun 1640. Sunan Pengging datang ke Pulau Lombok dengan tujuan menyebarkan ajaran Agama Islam Wetu Telu. Masjid ini berada dalam wilayah kecamatan yang sama dengan Masjid Salut, di Kecamatan Kayangan. Tepatnya berlokasi di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.
Masjid Gumantar adalah salah satu masjid kuno yang masih lestari di Pulau Lombok. Untuk menjaga kelestarian dan sejarah yang dimiliki, masjid ini tidak digunakan untuk beribadah sehari-hari. Penduduk setempat hanya menggunakan masjid ini untuk perayaan besar Umat Islam. Masyarakat setempat memiliki tiga ritual adat yang erat kaitanya dengan pertanian. Ritual ini dilaksanakan di Masjid Kuno Gumantar. Ketiga ritual itu adalah Maulid Adat, Gawek Bumi, dan Aji Lawat/Tilawat.
(nor/nor)