Takjub Bule-bule Lempar Ketupat Bak Perang: Tradisi Siat Tipat Bantal di Badung

Agus Eka - detikBali
Senin, 06 Okt 2025 19:26 WIB
Foto: Keseruan warga dan bule-bule berbaur melemparkan ketupat ke udara saat tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon, di Desa Kapal, Badung, Senin (6/10/2025). (Agus Eka)
Badung -

Ribuan ketupat dan bantal beterbangan di udara, memeriahkan tradisi sakral Aci Tabuh Rah Pengangon atau lebih dikenal sebagai Siat Tipat Bantal di Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, Senin sore (6/10/2025).

Pemandangan unik kali ini, antusiasme turis asing yang tak hanya menonton, tapi juga ikut merasakan sensasi 'diserang' ketupat. Beberapa turis asing, baik pria maupun wanita, tampak membaur dengan warga lokal di depan area pura desa adat setempat.

Keseruan warga dan bule-bule berbaur melemparkan ketupat ke udara saat tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon, di Desa Kapal, Badung, Senin (6/10/2025). (Agus Eka)

Mereka tak ragu ikut memegang dan melemparkan tipat (ketupat) dan bantal (jajan ketan berbentuk lonjong) ke udara. Aksi lempar-melempar massal ini adalah puncak dari ritual yang bermakna filosofis permohonan keselamatan dan kesuburan warga adat.

Meski lemparan ketupat itu sesekali mengenai kepala, wajah, atau bagian tubuh mereka, para bule ini justru terlihat girang. Beberapa turis asing bahkan terekam kamera berteriak kegirangan saat berhasil melempar ketupat, dan tertawa saat dirinya terkena lemparan.

Mereka tampak semangat mengikuti prosesi hingga tuntas. Tradisi ini digelar setiap bulan purnama keempat dalam penanggal kalender Bali yang dinamai purnama kapat, setiap setahun sekali. "Benar-benar menakjubkan dan agak gila," seru salah satu turis asing, Lise asal Belanda.

Ia mengaku sangat terkesan dengan tradisi unik ini karena tidak hanya ada pelemparan ketupat, tapi juga ada sajian kesenian khas budaya Bali. Ia bahkan tak segan ikut merasakan serunya perang ketupat.

"Siat tipat bantal, benar-benar menakjubkan. Mulai dari tarian, dan orang-orangnya, dan ini agak gila. Saya menyukainya, benar-benar suka," tegas Lise, lagi.

Dia mengaku momen ini adalah pengalaman pertamanya menonton langsung tradisi Siat Tipat Bantal. Saking sukanya, ia memastikan akan menonton jika ada kesempatan lain.

"Ini pertama kalinya. Ya pertama kalinya menonton tradisi ini dan mungkin bukan yang terakhir," tegasnya sambil tersenyum lebar.

Ia juga memuji keindahan dekorasi penjor yang megah di area pertunjukan dan keramahan warga desa setempat. "Penjor-nya, indah sekali dan semua orang sangat baik dan sangat ramah," seru perempuan yang datang bersama temannya asal Prancis.

Bendesa Adat Kapal, I KetutSudarsana, menjelaskan tradisi ini sudah berusia ratusan tahun ini. Bermula di zaman Patih KeboIwa datang ke wilayah desa tersebut sekitar tahun 1339 Masehi untuk merestorasi PuraPurusadha.

Keseruan warga melemparkan ketupat ke udara saat tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon, di Desa Kapal, Badung, Senin (6/10/2025). (Agus Eka)

"Tipat dan bantal yang dilempar itu bukan hanya makanan biasa. Tipat sirikan (tipat kecil) melambangkan Pradana atau unsur perempuan, sementara bantal panjang melambangkan Purusa atau unsur laki-laki," tegas Sudarsana.

Menurutnya, perang tipat bantal ini adalah simbol penyatuan dua unsur pencipta kehidupan, Purusa dan Pradana, yang dilebur dalam persembahan. Nama upacara ini pun memiliki makna spiritual yang mendalam.

"Aci berarti persembahan, Tabuh berarti menetes atau jatuh, dan Rah berarti energi atau sumber kehidupan. Sedangkan Pengangon adalah sebutan lain untuk Ida Bhatara Siwa," jelasnya.

Seluruh ritual ini, kata Sudarsana, adalah bentuk permohonan kepada Ida Bhatara Siwa agar berkenan menurunkan sumber kehidupan (Amerta), melimpahkan kesuburan, kemakmuran, dan melindungi masyarakat dari segala penyakit dan paceklik.

Ia menambahkan keyakinan ini begitu kuat di Desa Adat Kapal. Bahkan ada cerita turun-temurun bahwa tradisi ini pernah terhenti pada masa penjajahan, dan desa lantas dilanda wabah penyakit dan kesusahan. Oleh karena itu, bagi krama Kapal, pelaksanaan Aci Tabuh Rah Pengangon adalah wajib dan tidak boleh ditiadakan.

Tradisi yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada 2019 itu tetap melibatkan seluruh krama (warga) Desa Adat Kapal sampai sekarang.



Simak Video " Video: Semarak Tradisi Siat Tipat Bantal di Bali"

(nor/nor)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork