15 Ribu Warga Ikuti Perang Tipat Bantal di Desa Kapal Badung

15 Ribu Warga Ikuti Perang Tipat Bantal di Desa Kapal Badung

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Jumat, 29 Sep 2023 22:18 WIB
Prosesi lempar tipat dan bantal tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon Desa Kapal, Badung, Jumat (29/9/2023).
Foto: Prosesi lempar tipat dan bantal tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon Desa Kapal, Badung, Jumat (29/9/2023). (Agus Eka/detikBali)
Badung -

Tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon atau dikenal siat tipat bantal (perang tipat bantal) oleh warga Desa Adat Kapal, Kabupaten Badung, digelar untuk ke-784, Jumat (29/9/2023). Tradisi ini makin semarak karena melibatkan sekitar 15 ribu orang warga desa.

"Ini adalah pelaksanaan yang ke-784. Jadi tidak pernah ditiadakan karena menjadi rangkaian upacara yang wajib, disebut Aci Tabuh Rah Pengangon oleh leluhur kami sejak dulu," kata Bendesa Adat Kapal I Ketut Sudarsana, usai upacara.

Pantauan detikBali, rangkaian tradisi dimulai sejak pukul 12.00 Wita. Namun upacara inti baru dimulai sore hari selama dua jam. Sebelum masuk pada rentetan acara utama, masyarakat setempat melakukan persembahyangan di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kapal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perang tipat dibuka dengan tari-tarian yang dinamai Tari Rejang Abra Sinuhun dan Tari Mayasih yang digelar di area depan pura setempat. Setelah itu, sejumlah warga sudah mendapat tugas untuk melakukan pembukaan siat tipat secara simbolis.

Kaum perempuan membentuk kelompok dan berdiri di sisi selatan, sedangkan kelompok laki-laki berdiri di sisi utara. Dua kelompok itu saling berhadapan.

ADVERTISEMENT

Pihak perempuan bertugas membawa ketupat dan laki-laki membawa jajan ketan berbungkus daun kelapa muda yang disebut warga setempat jajan bantal. Setelah pemangku adat melantunkan doa dan ritual adat, dua kelompok tersebut memulai melempar tipat dan bantal.

Pertunjukan semakin seru saat kedua kelompok melempar tipat dan bantal semakin keras. Meski terkesan saling serang, dalam aturannya, tipat dan bantal hanya dilemparkan ke atas dengan harapan keduanya bertemu. "Jadi para pesertanya tidak melempar sembarangan, tidak boleh pakai emosi," sebut Sudarsana.

Setelah ritual di dalam area pura selesai, pertunjukan yang dinanti-nanti pun tiba. Perang tipat bergeser ke jalanan, depan pura desa adat. Warga tumpah ruah menanti para tokoh adat memberikan keranjang yang berisi ratusan tipat dan bantal.

Saat keranjang berisi tipat dan bantal diberikan, masyarakat langsung menyerbu dan melemparkannya ke atas. Warga membentuk dua kelompok, baik sisi selatan dan utara. Tradisi berlangsung seru lantaran para peserta terlihat semangat dan penuh canda.

"Jadi seluruh warga dipastikan hadir. Tidak menutup kemungkinan ada warga dari luar desa yang ikut di dalamnya. Mereka boleh ikut asal memakai pakaian adat (ringan) dan tertib," kata Sudarsana.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads