Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki kekayaan budaya berupa cerita rakyat yang sarat dengan pesan moral dan nilai tradisional. Salah satu kisah yang hingga kini masih melekat dalam ingatan masyarakat Nagekeo adalah legenda Dedu dan Ngode.
Berasal dari Suku Toto, cerita rakyat Dedu dan Ngode tidak hanya menggambarkan keindahan adat Kampung Toto. Namun, juga menghadirkan pelajaran tentang kesabaran, perjuangan, dan penghormatan terhadap leluhur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mari kita mengenal lebih jauh tentang perjalanan hidup dua saudara perempuan yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Nagekeo.
Dedu dan Ngode
Dedu dan Ngode adalah cerita rakyat dari Suku Toto di Nagekeo, Flores, NTT. Kisah ini menggambarkan kehidupan sebuah keluarga kecil yang tinggal di Kampung Toto, sebuah desa adat di puncak Gunung Toto. Kampung ini dianggap tempat asal masyarakat Flores, tapi tradisi dan asal-usulnya masih minim informasi.
Dedu dan Ngode adalah dua saudara perempuan dari keluarga terpandang. Kehidupan mereka berubah setelah ibu kandung mereka meninggal, dan ayah mereka menikah lagi.
Kehadiran ibu tiri membawa penderitaan bagi mereka, karena sikap kerasnya terhadap Dedu dan Ngode. Tugas berat seperti menumbuk jagung setiap hari menjadi rutinitas mereka, tetapi keduanya selalu melaksanakan tugas tersebut tanpa keluhan.
Pada suatu hari, setelah menyelesaikan tugas mereka, tubuh Dedu dan Ngode terasa gatal. Mereka memutuskan mandi di Telaga Toto, sebuah tempat sakral yang dianggap sebagai 'ubun-ubun' laut Flores. Telaga ini dipercaya memiliki hubungan mistis dengan nenek moyang dan hanya digunakan untuk upacara adat, bukan untuk mandi.
Baca juga: Marapu, Melawan dengan Musik Reggae |
Ketika mandi di telaga tersebut, sebuah peristiwa misterius terjadi. Keduanya hilang tanpa jejak, dan legenda mengatakan bahwa mereka menjadi bagian dari mitos masyarakat. Telaga Toto kini semakin dikenal sebagai tempat sakral yang dijaga dengan tradisi dan keyakinan turun-temurun.
(nor/nor)