Gemerlap Layangan Kreasi di Langit Malam Pantai Mertasari

Gemerlap Layangan Kreasi di Langit Malam Pantai Mertasari

Aryo Mahendro - detikBali
Minggu, 03 Agu 2025 22:55 WIB
Suasana gemerlap layangan kreasi 3D dengan lampu di Rare Angon Festival 2025, Minggu (3/8/2025). (Aryo Mahendro/detikBali)
Foto: Suasana gemerlap layangan kreasi 3D dengan lampu di Rare Angon Festival 2025, Minggu (3/8/2025). (Aryo Mahendro/detikBali)
Denpasar -

Layangan kreasi tiga dimensi (3D) dan dua dimensi (2D) di Rare Angon Festival 2025, Pantai Mertasari, Denpasar, Bali, tidak hanya tampil saat siang hingga sore. Puluhan layangan kreasi itu juga tampil hingga malam dengan gemerlap lampu yang terpasang di layangan.

Pantauan detikBali, layangan kreasi mulai mengudara pada Minggu (3/8/2025) pukul 17.00 Wita. Satu layangan 3D atau istilahnya layangan inflatable berbentuk seperti ikan pari berekor panjang, mulai mengudara di pantai itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama, dua pelayang asal China, Wei Jiajian dan Yao Qinshan beraksi menghibur pengunjung dengan layangan akrobatiknya. Pukul 17.45 Wita, semakin banyak layangan kreasi yang mengudara di langit Pantai Mertasari hingga malam.

Mayoritas layangan yang mereka terbang di ketinggian 50 meter hingga 100 meter dan dipasangi lampu. Walhasil, langit malam di Pantai Mertasari menjadi romantis, ditambah alunan musik dangdut di panggung Rare Angon Festival 2025.

ADVERTISEMENT

"Ya, kalau mau dinikmati harus terbang rendah. Kalau tinggi, malah kelihatan kecil," kata salah satu pelayang asal Sleman, Jawa Tengah, Dani Cahya ditemui detikBali di Pantai Mertasari, Denpasar, Minggu (3/8/2025).

Dani menampilkan enam layangan kreasi 3D. Empat layangan karakter punakawan yakni Gareng, Petruk, Bagong, dan Semar dengan warna meniru karakter teletubbies. Dua layangan lain berupa satu layangan badut besar dengan lampu dan satu layangan ikan pari tanpa lampu sebagai pengangkat dan penyeimbang lima layangan lainnya.

"Itu yang belakang layangan punakawan. Petruk, Bagong, Semar, sama Gareng. Yang ini, layangan badut," katanya.

Dani mengaku membuat sendiri layangan itu kecuali layangan ikan pari yang merupakan pinjaman dari temannya. Dia memanfaatkan kain parasut ripstop sebagai bahan bakunya.

Butuh dua minggu baginya untuk membuat layangan badut itu. Sedangkan empat layangan punakawan, dibuatnya selama satu bulan.

"Yang ikan pari itu punya teman saya. Beli dari luar (negeri)," katanya.

Suasana gemerlap layangan kreasi 3D dengan lampu di Rare Angon Festival 2025, Minggu (3/8/2025). (Aryo Mahendro/detikBali)Suasana gemerlap layangan kreasi 3D dengan lampu di Rare Angon Festival 2025, Minggu (3/8/2025). (Aryo Mahendro/detikBali)

Irene Melawati, pelayang asal Surabaya, setali tiga uang. Dia menampilkan dua layangan 3D berbentuk ikan koi yang dijahitnya sendiri.

Sama seperti Dani, Irene juga memanfaatkan kain parasut ripstop sebagai bahan baku utamanya. Dia menerbangkan dua layangan 3D berbentuk ikan koi, satu layangan tanpa lampu berbentuk ikan pari, dan satu layangan segitiga berekor panjang yang juga dipasangi lampu.

"Itu layangan koi saya buat sendiri. Tapi lampunya saya beli dari China," katanya.

Rare Angon Festival 2025 digelar dengan beragam aktivitas melayang. Mulai dari kompetisi layangan khas Bali dan internasional hingga pertunjukan atau pameran layangan kreasi untuk dinikmati pengunjung.

Festival itu diikuti kelompok pelayang dari pelbagai daerah di Bali dan dari provinsi lain di Indonesia, serta 30 kelompok pelayang internasional. Hari ini, adalah hari terakhir Rare Angon Festival digelar, sekaligus babak final kompetisi layangan tradisional Bali.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads