Apa Saja Rangkaian dari Nyepi?

Apa Saja Rangkaian dari Nyepi?

Sui Suadnyana - detikBali
Rabu, 26 Mar 2025 10:54 WIB
Ilustrasi umat Hindu bersembahyang.
Foto: Ilustrasi Nyepi. (Dok. detikBali)
Bali -

Nyepi merupakan hari suci bagi umat Hindu Bali untuk berdiam diri di rumah melakukan Catur Brata Penyepian berupa tidak menyalakan api (amati gni), tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian ke mana-mana (amati lelungaan), dan tidak menikmati kesenangan (amati lelanguan). Ini adalah empat jenis disiplin spiritual yang dilakukan umat Hindu saat Nyepi.

Nyepi dilaksanakan selama satu hari. Namun, hari suci ini memiliki serangkaian kegiatan. Berikut rangkaian kegiatan atau upacara sebelum dan setelah Nyepi dikutip dari Jurnal berjudul 'Nilai Tradisi Nyepi di Bali' karya I Wayan Mudana.

1. Melasti atau Melis

Upacara melasti atau melis dilaksanakan dua atau tiga hari sebelum Tilem Kesanga. Upacara Melasti dilakukan dengan membawa arca atau pratima Sang Hyang Tri Wisesa (Arca Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem) ke pantai dan membawa persembahan kepada Dewa Baruna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maksud dan makna upacara Melasti adalah membasuh dan mencairkan segala penderitaan yang menimpa masyarakat (anganyutaken laraning jagat, papa klesa letuhing bhuwana) dan mengambil saripati dari air suci kehidupan atau Tirtha Empat Musim (amretha sarining amet empat musim) untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia.

Dalam Lontar Widhisastra Bhatara Putranjaya, Sundarigama dan Aji Swamandala, Tilem diyakini sebagai waktu suci untuk masa transisi, yaitu berakhirnya setengah gelap dan awal setengah terang. Pada saat tilem, dipercaya dewa matahari (Vivasvan) melakukan yoga menemani Siwa (Siwa Purana).

ADVERTISEMENT

Dalam lontar Sundarigama, Tilem adalah waktu untuk mengasimilasi segala bentuk noda, kotoran, kemiskinan, penderitaan, dan bencana yang menimpa manusia (wenang mepuja lara roga wigna ring sarira). Di antara tilem yang ada, Tilem Kesanga yang diyakini keramat.

Setelah semua pratima datang dari laut, biasanya dilakukan Nyejer. Semua pratima sebagai simbol manifestasi Tuhan ditempatkan di aula besar di pura desa. Biasanya, saat Nyejer, orang melakukan puja dan meprani. Pada saat upacara dapat dijumpai masyarakat sedang makan bersama-sama berbagi prasadam/lungsuran antara satu dengan yang lain.

2. Tilem Kesanga

Masyarakat Bali diharapkan untuk membuat upacara Bhuta Yadnya saat Tilem Kesanga atau sehari menjelang Nyepi. Upacara Bhuta Yadnya ini dilakukan di perempatan desa. Tidak hanya di desa, upacara ini juga dilakukan oleh pemerintah, mulai tingkat provinsi sampai di kabupaten.

Oleh karena itu, masyarakat Bali diharuskan membuat upacara tawur untuk menetralisasi kekuatan-kekuatan yang menyebabkan hal-hal aneh di alam semesta. Tujuannya agar berbagai hal aneh kembali normal serta kehidupan manusia yang aman dan sempurna.

Tawur merupakan rangkaian upacara Nyepi yang dilakukan pada saat sasih Tilem Kesanga. Tawur ini dimulai pada siang hari hingga sore hari. Pada malam hari masyarakat melakukan pengarakan ogoh-ogoh di sekitar kawasan desa.

3. Sipeng (Nyepi)

Hari sipeng merupakan puncak dari pelaksanaan Nyepi yang jatuh pada sasih apisan kadasa. Seluruh masyarakat Bali diharuskan berada di dalam rumah dan tidak diperbolehkan menyalakan api, menyalakan lampu, tidak boleh bekerja, tidak boleh menghibur diri, tidak boleh keluar rumah.

Masyarakat Bali saat itu sedang melaksanakan brata/pantangan selama 24 jam mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 06.00 keesokan paginya. Pulau Bali itu benar-benar sepi, tidak ada suara kendaraan, motor, dan suara lainnya, suasananya sunyi, gelap di malam hari karena tidak ada penerangan di jalan, area umum, rumah dan sebagainya.

4. Ngembak Geni

Ngembak Geni adalah rangkaian Nyepi setelah masyarakat Bali melakukan Tapa Brata Penyepian (sipeng). Ngembak Geni jatuh di ping kalih sasih kadasa (tanggal kedua bulan kesepuluh).

Pada saat Ngembak Geni, masyarakat melakukan aktivitas seperti biasa seperti halnya menjelang Nyepi. Mereka sudah melakukan pekerjaan sehari-hari, dapat menyalakan api, mungkin bepergian, dapat menghibur diri mereka sendiri. Mereka hidup dengan suasana baru dan menikmatinya dengan baik.

Pada saat Ngembak Geni, masyarakat Bali ada yang berkunjung ke rumah keluarganya, ada tirtayatra, bahkan melakukan dharma santi sebagai rangkaian Nyepi untuk saling memaafkan. Dharma Santi diselenggarakan oleh masyarakat, acaranya dimulai dari tingkat desa hingga tingkat pusat.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads