Perayaan tahun baru di Indonesia biasanya identik dengan kegiatan kumpul bersama keluarga hingga menyalakan kembang api. Namun, di beberapa negara lain, perayaan tahun baru identik dengan tradisi unik dan memiliki makna serta kepercayaan tersendiri.
Berikut merupakan tradisi unik di berbagai negara beserta maknanya.
Baca juga: 7 Ide Bisnis Saat Momen Natal dan Tahun Baru |
1. Swiss: Jatuhkan Es Krim
Terdapat tradisi unik saat perayaan tahun baru di Swiss. Masyarakat Swiss akan dengan sengaja menjatuhkan es krim ke lantai. Melalui tradisi ini, orang-orang di Swiss meyakini menjatuhkan es krim ke lantai tepat saat tengah malam di malam pergantian tahun akan membawa keberuntungan dan kesejahteraan yang berlimpah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Spanyol: Makan 12 Anggur
Tradisi unik berikutnya datang dari Spanyol yang telah dijalankan sejak abad ke-19. Masyarakat Spanyol mempraktekkan kebiasaan memakan 12 butir anggur bersamaan dengan suara lonceng tepat saat pergantian tahun. Hal ini diyakini membawa keberuntungan sepanjang tahun baru. Belakangan ini makan 12 anggur saat perayaan tahun baru juga kerap kali dipraktekkan masyarakat di Indonesia.
3. Jepang: Membunyikan Lonceng 108 Kali
Tradisi unik juga di Jepang. Omisoka kuil-kuil Buddha mengumumkan kedatangan tahun baru dengan membunyikan lonceng sebanyak 108 kali menjelang tengah malam. Setiap bunyi lonceng diyakini memiliki kekuatan untuk menghilangkan kemarahan, kecurigaan, atau nafsu.
Saat bunyi lonceng terakhir, yang terdengar tepat saat tengah malam, melambangkan dimulainya tahun baru yang bebas dari energi negatif dan membawa harapan untuk kebaikan di masa mendatang.
Bukan hanya itu, perayaan tahun baru di Jepang juga ditandai dengan tradisi memakan mi soba atau yang dikenal toshikoshi soba. Mi yang terbuat dari tepung soba ini disajikan dalam mangkuk sebagai salah satu cara menyambut tahun yang baru.
Secara tradisional, mi soba juga disebut sebagai "mi lintas tahun". Kuliner ini dianggap sebagai simbol umur panjang karena panjangnya mi tersebut.
4. Denmark: Lempar Piring di Depan Rumah Keluarga
Tak kalah unik, perayaan tahun baru di Denmark dirayakan dengan melemparkan piring. Padahal, bagi masyarakat umum, melempar piring pada umumnya dinilai sebagai tindakan negatif.
Masyarakat di Denmark dengan sengaja melemparkan piring hingga pecah di depan rumah teman atau keluarga saat malam pergantian tahun. Makin banyak pecahan atau kian hancur piring yang dilempar, dipercaya makin besar juga keberuntungan yang akan didapatkan.
5. Filipina: Serba Bulat
Hampir mirip dengan tradisi makan anggur di Spanyol, Filipina memiliki tradisi unik dengan mengonsumsi makanan dan menggunakan barang serba bulat saat malam pergantian tahun. Benda-benda bulat yang melambangkan koin dan kekayaan dinilai sangat penting dalam perayaan tahun baru.
Bagi masyarakat Filipina, mengenakan benda bulat menjadi simbol harapan untuk kemakmuran dan kekayaan di tahun depan. Oleh karena itu, di Filipina ada tradisi untuk mengonsumsi buah anggur, menyimpan koin (disimpan di saku dan terus-menerus bergemerincing), mengenakan pakaian bermotif polkadot, dan lain-lain. Semua ini untuk menjaga agar uang tetap mengalir di tahun berikutnya.
6. Kolombia: Berjalan-jalan dengan Koper Kosong di Sekitar Rumah
Kolombia memiliki tradisi unik saat malam tahun baru. Masyarakat Kolombia akan sengaja berjalan-jalan di sekitar rumah sambil membawa koper kosong. Tradisi ini dipercaya bisa membawa kebaikan di tahun baru. Selain itu, hal ini sebagai lambang akan ada perjalanan menyenangkan di tahun baru.
7. Chili: Menginap di Kuburan
Tradisi unik dan cukup ekstrem ada di Chili. Saat malam tahun baru, masyarakat Chili memiliki kebiasaan untuk menginap di kuburan orang terkasih. Bahkan, kegiatan ini telah dilegalkan pemerintah setempat. Tradisi ini berawal dari sebuah keluarga yang menerobos pagar pemakaman agar bisa bermalam bersama keluarga yang telah meninggal di malam tahun baru.
Itulah beberapa tradisi unik saat malam tahun baru yang datang dari berbagai negara di dunia. Selamat Merayakan Tahun Baru!
Artikel ini ditulis oleh Ni Komang Nartini, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hsa/hsa)