Mengenal Upacara Dharma Suaka dan Rangkaian Pernikahan Adat Bali

Mengenal Upacara Dharma Suaka dan Rangkaian Pernikahan Adat Bali

Desak Made Diah Aristiani - detikBali
Senin, 02 Des 2024 14:30 WIB
Pernikahan artis adat Bali
Foto: Pernikahan adat Bali. (Instagram)
Bali -

Pasangan calon pengantin di Bali, sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, mereka akan melakukan tradisi dharma suaka atau pinangan terlebih dahulu. Penasaran seperti apa tradisi dharma suaka ini? Simak informasinya berikut ini.

Pengertian Upacara Dharma Suaka

Upacara dharma suaka memiliki makna mendalam bagi umat Hindu di Bali. Melalui tradisi dharma suaka, calon pengantin pria akan secara resmi meminang calon pengantin wanita. Tradisi ini bertujuan untuk memperjelas tujuan pernikahan dan membangun komunikasi yang baik antarkedua mempelai.

Dharma suaka adalah tradisi yang ternyata hampir sama dengan meminang atau dalam Bahasa Bali disebut memadik. Biasanya, upacara ini akan dilaksanakan sebanyak dua kali, diawali dengan perkenalan antara keluarga inti dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Dalam momentum ini, bila kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pernikahan, maka calon mempelai pria akan mengajak keluarga besarnya ke rumah calon mempelai wanita.

Dharma suaka atau memadik ini sering kali akan menggunakan juru raos atau ahli bahasa agar acara meminang dapat berjalan dengan baik. Melalui upacara dharma suaka, pasangan yang akan melangkah menuju jenjang pernikahan diharapkan dapat memahami makna pernikahan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Bali

Berikut ini merupakan rangkaian pelaksanaan pernikahan adat Bali, mulai dari mesedek sampai mejaya-jaya.

1. Mesedek
Rangkaian acara ini bertujuan untuk mengenal dan mengutarakan niat baik dari pihak mempelai pria yang ingin meminang mempelai Wanita. Dalam acara ini, akan menentukan keputusan apakah pengantin wanita menerima atau menolak pengantin pria.

2. Madewasa Ayu
Setelah lamaran diterima oleh pihak mempelai wanita, kemudian akan dilaksanakan madewasa ayu, yakni menentukan hari dan tanggal pernikahan.

3. Ngekeb
Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga dengan memohon doa restu kepada Tuhan. Sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin wanita akan diberi luluran yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan.

Disediakan juga wadah berisi air bunga di pekarangan rumah sebagai keperluan mandi calon pengantin. Calon pengantin wanita kemudian dimasukkan ke kamar pengantin dan tidak diperbolehkan keluar hingga dijemput pengantin pria.

Kemudian, seluruh tubuh mempelai wanita akan ditutupi dengan kain kuning tipis sebagai makna telah mengubur masa lalunya dan siap untuk menempuh hidup baru dengan suaminya.

4. Ngungkab Lawang
Ketika mempelai wanita dijemput oleh mempelai pria, keduanya bertemu untuk mengikuti wembilan acara ritual, yakni pejati dan suci alit, peras pengambean, caru ayam brumbun asoroh, bayekawonan, prayascita, pengulapan, segehan pancawarna, segehan seliwang atanding, dan segehan agung.

Dalam ritual ini, mempelai pria akan membacakan ayat dari kitab Weda dan akan dibalas oleh mempelai wanita dengan kalimat dari kitab Weda yang sama. Mempelai wanita kemudian akan melempar daun sirih untuk menolak hal jahat yang mungkin akan mengganggu selama rangkaian acara selanjutnya.

5. Medagang-dagangan
Prosesi ini sangat untuk karena mempelai wanita akan duduk di atas sabut kelapa, kemudian mempelai pria akan melakukan proses tawar menawar layaknya sedang berjualan. Kemudian, akan dilakukan proses pembayaran dengan ditutup prosesi pria merobek tikeh anyaman dari keris. Terdapat tiga benda yang akan diambil sebagai sarana kesuburan, di antaranya: keladi, andong dan kunyit untuk ditanam.

6. Makala-kala
Pada prosesi ini akan dilakukan pembakaran tetimpug atau tiga bambu di atas tungku bata. Maknanya, yaitu untuk membangun benteng perlindungan dari marabahaya.

7.Metegen-tegenan atau Suun-suunan
Mempelai pria akan memikul metegen-tegenan dan mempelai wanita akan menjunjung atau sun-suunan. Keduanya akan mengelilingi api suci sanggah surya sebanyak tujuh kali. Pinggang para mempelai akan diikat sabuk dan menjalani tujuh langkah saptapadi dengan sumpah perkawinan dan doa-doa berbahasa Sanskerta dalam langkahnya.

8. Mejauman
Prosesi ini bertujuan untuk memberi tahu Hyang Guru dan leluhur mengenai pernikahan yang telah dilaksanakan dan meminta perlindungan kepada-Nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

9. Natab Pawetonan
Natab pawetonan dilaksanakan pada perkawinan mepadik. Maknanya, yaitu sebagai simbol pengganti air susu ibu karena tugas ibu telah selesai dan berpindah kepada pihak suami.

10. Bekal (Matadtadan)
Pada tahapan ini akan dilaksanakan prosesi pemberian perhiasan atau pakaian ibadah dari ibu kepada anak perempuannya sebagai bekal.

11. Mejaya-jaya
Ini menjadi prosesi terakhir dalam pernikahan adat Bali. Upacara ini mengandung makna agar selalu memperoleh kemudahan dan bimbingan dari Sanghyang Pramesti Guru.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads