Peed Peluar Sanghyang Grodog Ditampilkan di Nusa Penida Festival 2024

Peed Peluar Sanghyang Grodog Ditampilkan di Nusa Penida Festival 2024

Putu Krista - detikBali
Kamis, 10 Okt 2024 18:43 WIB
Proses peed peluar dalam ajang Nusa Penida Festival 2024 di Devils Tear dan Dream Beach Nusa Lembongan, Kamis (10/10/2024). (Putu Krista/detikBali)
Foto: Proses peed peluar dalam ajang Nusa Penida Festival 2024 di Devils Tear dan Dream Beach Nusa Lembongan, Kamis (10/10/2024). (Putu Krista/detikBali)
Klunkung -

Pementasan tari sakral yakni Sanghyang Grodog yang biasanya hanya bisa disaksikan dalam upacara suci setiap dua tahun sekali di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali, kini sudah hadir dalam ajang Nusa Penida Festival (NPF) 2024. Namun, yang ditampilkan tidak utuh, hanya bagian penutupnya saja, yakni Sanghyang Grodog dengan peed (pawai) peluar yang berarti iringi-iringan pembawa sesaji berupa jajanan yang diberikan untuk tamu.

Pantauan detikBali saat NPF 2024 di kawasan wisata Devil's Tears Nusa Lembongan, pawai ibu-ibu diawali dari berpakaian putih, kemudian iringan pakaian merah, kuning, dan hitam. Mereka menjunjung dulang yang isinya berupa makanan dan diberikan kepada tamu. Namun, sebelum itu, makanan itu dipersembahkan dalam prosesi tari dan peed mengelilingi symbol perahu di tengah kalangan NPF.

Perbekel Desa Lembongan, I Ketut Gede Arjaya, mengatakan peed peluar adalah akhir dari prosesi 11 hari melaksanakan Aci Sanghyang Grodog di Desa Lembongan. Peed peluar sebagai bentuk wujud syukur dan terima kasih dengan menikmati hasil alam yang diolah menjadi jajanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah warisan budaya walaupun sifatnya sakral ada satu sisi yang bisa ditampilkan ke publik, peed peluar misalnya sehingga dalam ajang NPF ke 7 tahun 2024 ini pemerintah Kabupaten Klungkung mengambil kegiatan sakral ini masuk dalam festival," kata Arjaya kepada detikBali, Kamis (10/10/2024).

Arjaya mengatakan ada 23 Sang Hyang sebagai representasi kehidupan masyarakat di Pulau Lembongan yang dulunya sebagian besar adalah nelayan dan petani. Di mana kegiatan ini menjadi salah satu daya tarik Lembongan sebagai kawasan kepulauan dengan tradisinya yang masih melekat hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

"Sanghyang Grodog, tercatat sebagai inventarisasi kekayaan Intelektual komunal ekspresi budaya tradisional dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI," ungkapnya.

Arjaya berharap pemerintah terus menggali dan melestarikan tradisi-tradisi adiluhung yang sudah ada dan dijalankan secara turun-temurun. Dengan demikian ke depan tradisi akan terus lestari.

"Caranya kegiatan seni tradisi yang bersifat sakral ini patut juga mendapat sokongan dana dari pemerintah ke depan sebagai bentuk pelestarian," pungkasnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads