Tradisi Megibung di Karangasem Bali: Ciri Khas hingga Etika

Tradisi Megibung di Karangasem Bali: Ciri Khas hingga Etika

Ni Komang Nartini - detikBali
Kamis, 26 Sep 2024 21:41 WIB
Megibung
Megibung. Foto: detikFood
Karangasem -

Setiap daerah memiliki tradisi yang unik. Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki tradisi unik makan bersama dalam satu tempat atau dikenal dengan istilah 'megibung'.

Mengutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karangasem, tradisi megibung ini dikenalkan oleh Raja Karangasem yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Saat itu, Karangasem dalam ekspedisinya menaklukkan raja-raja yang ada di tanah Lombok.

Ketika istirahat dari peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar yang belakangan dikenal dengan nama megibung. Bahkan, raja sendiri konon ikut makan bersama dengan prajuritnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ciri Khas Megibung dari Karangasem

Ciri khas dari tradisi megibung ini adalah mulai dari memasak masakan khas tradisional Bali dengan cara gotong royong, baik itu nasi maupun lauknya. Lauk yang disajikan pada saat megibung berasal dari daging babi yang diolah menjadi beragam jenis masakan, seperti balah, sate, lawar, tum, urutan, dan ares.

Saat megibung, makanan akan disajikan dalam dua wadah. Satu wadah untuk tempat nasi yang disebut dengan naren/gibungan dan satu wadah lagi digunakan untuk tempat lauk yang disebut dengan istilah karangan.

ADVERTISEMENT

Dalam karangan berisi aneka lauk olahan babi dan identik berisi 11 tusuk sate babi. Jumlah orang saat megibung terdiri dari delapan orang duduk melingkar mengikuti arah mata angin.

Tradisi megibung ini dilangsungkan saat ada upacara adat dan keagamaan di suatu tempat, terutama di daerah Karangasem. Misalnya dalam Upacara Yadnya seperti pernikahan, odalan di pura, ngaben, upacara tiga bulanan, dan hajatan lainnya.

Pada kegiatan ini biasanya yang punya acara memberikan undangan kepada kerabat serta sanak saudaranya guna menyaksikan prosesi kegiatan upacara keagamaan tersebut. Sehingga prosesi upacara dapat berlangsung seperti yang diharapkan.

Etika Sebelum Megibung

Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan saat acara megibung. Seperti sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu; tidak menjatuhkan remah/ sisa makanan dari suapan; tidak mengambil makanan di sebelah kita; serta jika salah satu sudah merasa puas dan kenyang dilarang meninggalkan temannya. Walaupun aturan ini tidak tertulis, tapi masih diikuti peserta makan megibung.

Di Karangasem, makan megibung secara maraton pernah dilakukan ketika awal pemerintahan Bupati Wayan Geredeg. Makan megibung yang dilakukan 26 Desember 2006 lalu ini digelar di Taman Sukasada Ujung dengan jumlah peserta tidak kurang dari 20.520 orang.

Bagaimana detikers apakah ada tradisi megibung juga di daerah anda?

Artikel ini ditulis oleh Ni Komang Nartini peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads