Hari raya Galungan diperingati oleh umat Hindu setiap 6 bulan sekali tepatnya pada Rabu atau Buda Kliwon Dungulan. Galungan diambil dari Bahasa Jawa Kuno yang artinya bertarung, disebut juga 'dungulan' artinya menang.
Hari Raya Galungan dimaknai sebagai kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan). Dalam lontar Sunarigama dijelaskan makna Galungan sebagai berikut:
Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya:
Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.
Sebelum menyambut Hari Raya Galungan, terdapat rangkaian tradisi yang biasanya dilakukan oleh umat Hindu di Bali.
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga diperingati 25 hari sebelum Galungan, tradisi masyarakat pada hari Tumpek Wariga adalah menghaturkan (sesaji) berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna. Pemujaan dilakukan kepada Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan tumbuh-tumbuhan.
Pada hari Tumpek Wariga semua pohon penghasil buah akan disirami tirta wangsuhpada/air suci yang dimohonkan di pura/merajan dan diberi sesaji berupa bubuh tadi, dilengkapi dengan canang pesucian dan sesayut tanem tuwuh. Setelah dihaturkan pemilik pohon akan mengetuk pohon sambil berdoa agar pohon tersebut bisa cepat berbuah agar bisa digunakan untuk upacara saat Hari Raya Galungan.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa terdiri dari kata Sugi dan Jawa yang memiliki makna (Sugi artinya bersih/suci dan Jawa artinya pembersihan/penyucian dari luar diri manusia atau Bhuana Agung). Sugihan Jawa dirayakan setiap Kamis Wage wuku Sungsang, umat Hindu melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon dengan tujuan untuk menetralisir segala sesuatu negatif yang ada pada Bhuana Agung (alam semesta) disimbolkan dengan membersihkan merajan dan rumah.
3. Sugihan Bali
Sugihan Bali kebalikan dari Sugihan Jawa, Sugihan Bali merupakan melakukan pembersihan pada Bhuana Alit (tubuh manusia) seperti mandi untuk pembersihan secara fisik dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian secara jiwa dan raga. Hari Sugihan Bali dirayakan setiap Jumat Kliwon wuku Sungsang.
4. Hari Penyekeban
Hari Penyekeban dilaksanakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan yang memiliki makna filosofis 'nyekeb indriya' yang bermakna mengekang atau membatasi diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
5. Hari Penyajan
Hari Penyajan dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan, pada hari Penyajan dirayakan untuk menetapkan diri sebelum perayaan Hari Raya Galungan.
Menurut kepercayaan umat Hindu, pada hari tersebut akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu menuju Hari Raya Galungan.
6. Hari Penampahan
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Pada hari tersebut biasanya umat menyembelih babi atau ayam yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara serta penyembelihan babi tersebut mengandung makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
Selain itu, umat juga disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah yang sudah diterima selama hidup.
Rangkaian tradisi umat Hindu sebelum menyambut Hari Raya Galungan penuh dengan simbolis serta makna yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Hindu. Semoga informasi ini bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Ni Komang Nartini peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/iws)